laporan lengkap perlindungan hutan
LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM
PERLINDUNGAN HUTAN
“Disusun sebagai salah satu syarat dalam
menyelesaikan
Mata Kuliah Perlindungan Hutan”
Oleh :
KHT A
Kelompok IV
AHMAD FAUZY
L 131 14 061
JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2016
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Laporan Lengkap Prektikum Perlindungan Hutan
Tujuan : Untuk mengetahui frekuensi serangan dan
intensitas serangan hama dan penyakit pada pohon jati (Tectona grandis. L,f) di desa Jono Oge, Kecamatan Biromaru, Kabupaten
Sigi, Sulawesi Tengah.
Nama Lengkap : Ahmad Fauzy
Stambuk : L 131 14 061
Kelompok : IV
Kelas :
KHT A
Jurusan : Kehutanan
Fakultas : Kehutanan
Universitas : Tadulako
Palu, juni 2016
Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab
Praktikum perlindungan hutan
Dr. Sc.
Arg.Yusran, SP.,MP
NIP. 19740101 200212 1 002
|
Asisten Penanggung Jawab
Praktikum perlindungan hutan
Rahmad
Diansyah
L 131 13 022
|
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama
Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan puja dan puji
syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan perlindungan hutan ini.
Adapun laporan perlindungan hutan ini dibuat dengan bantuan
berbagai pihak dan juga teknologi internet, sehingga memperlancar pembuatan
laporan ini. Namun tidak
lepas dari itu semua, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan pada laporan
ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan pembaca yang ingin memberikan saran dan kritik
kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki laporan ini, sesuai dengan laporan
ilmiah pada umumnya yang bias memberikan dan menambah ilmu bagi siapa saja yang
membacanya.
Akhirnya penyusun
mengharapkan semoga dari laporan ini, dapat diambil ilmu dan manfaatnya
sehingga dapat memberikan ilmu dan inspirasi bagi yang membacanya.
Palu, juni 2016
Penulis
DAFTAR
ISI
SAMPUL................................................................................................................. i
HALAMAN
PENGESAHAN.............................................................................. ii
KATA PENGANTAR......................................................................................... iii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL................................................................................................. v
DAFTAR
GAMBAR........................................................................................... vi
DAFTAR
LAMPIRAN...................................................................................... vii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................... 1
1.2 Tujuan dan Kegunaan............................................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Jati........................................................................................... 5
2.2 Hama Tanaman....................................................................................... 7
2.3 Penyakit Tanaman................................................................................ 10
2.4 Gulma................................................................................................... 11
III. METODE PRAKTEK
3.1 Waktu dan Tempat.............................................................................. 13
3.2 Bahan dan Alat .................................................................................. 13
3.3 metode praktek.................................................................................... 13
3.4 analisis data......................................................................................... 14
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil..................................................................................................... 16
4.2 Pembahasan......................................................................................... 29
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1...
Kesimpulan........................................................................................ 31
5.2... Saran.................................................................................................. 31
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR
TABEL
No.
Halaman
1.
Cara menentukan nilai
(skor) serangan hama pada tanaman jati 15
2.
Cara menentukan
kondisi tanaman akibat serangan hama atau penyakit 16
3.
Tally Sheet Plot 1 17
4.
Tally Sheet Plot 2 18
5.
Tally Sheet Plot 3 19
6.
Tally Sheet Plot 4 20
7.
Tally Sheet Plot 5 21
8.
Kerusakan akibat faktor
biotik pada tanaman jati (Tectona grandis
L.f) 24
9.
Kerusakan akibat faktor
abiotik pada tanaman jati (Tectona
grandis L.f) 25
10. Kerusakan
akibat faktor sosial pada tanaman jati (Tectona grandis L.f) 25
DAFTAR
GAMBAR
No.
Halaman
1.
Gambar 1. Plot
pengamatan tegakan jati ( Tectona grandis
L.f) 14
DAFTAR LAMPIRAN
No.
1. Dokumentasi foto kelompok 4
2. Dokumentasi pengamatan jenis hama dan penyakit pada tegakan jati (Tectona grandis L.f)
3. Tally sheet plot 1-5
4. ACC I Laporan
Lengkap Praktikum Perlindungan Hutan
5.
ACC II Laporan Lengkap Praktikum Perlindungan Hutan
ACC
III Laporan Lengkap Praktikum Perlindung
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hutan merupakan
tumpuan dan harapan bagi setiap komponen mahkluk hidup yang ada di bumi saat
ini, pasalnya dari hutan banyak manfaat yang dapat diambil baik yang bersifat
benefit cost maupun non benefit cost, namun dalam upaya untuk memaksimalkan
fungsi hutan terkadang muncul faktor – faktor yang dapat menjadi pembatas
tercapainya fungsi dan manfaat hutan secara optimal.
Pembangunan kehutanan yang saat ini dikembangkan
lebih mengarah kepada hutan tanaman dengan sistem monokultur. Salah satu dampak
negatif dari sistem monokultur adalah kerentanan terhadap hama dan penyakit,
hal ini terjadi karena sumber pakan tersedia dengan melimpah dan dalam wilayah
yang luas seragam.
Jika serangan hama dan penyakit tidak dikelola
dengan tepat akan mengakibatkan ketidakseimbangan ekosistem. Selain itu,
serangan hama dan penyakit berdampak pada prokduktifitas dan kualitas standing
stock yang ada, misalnya menurunkan rata-rata pertumbuhan, kualitas kayu,
menurunkan daya kecambah biji dan pada dampak yang besar akan mempengaruhi
kenampakan estetika hutan.
Salah satu jenis tanaman yang banyak dikembangkan
melalui sistem monokultur adalah tanaman jati (Tectona grandis). Jati
terkenal sebagai kayu komersial bermutu tinggi dan termasuk dalam famili Verbenaceae.
Kayu jati termasuk ke dalam kelas kuat I dan kelas awet II. Penyebab keawetan
dalam kayu teras jati adalah tectoquinon (2-methylanthraquinone). Kayu jati
mengandung 47,5% selulosa, 30% lignin, 14,5% pentosan, 1,4% abu dan 0,4–1,5%
silika.
Pohon jati bisa tumbuh di tempat dengan curah hujan
1.500–2.000 mm/tahun serta suhu 27–36 °C baik di dataran rendah maupun dataran
tinggi. Area yang sangat baik untuk perkembangan jati yaitu tanah dengan pH
4,5–7 dengan tidak tergenang air. Jati mempunyai daun berupa elips yang lebar
serta bisa meraih 30–60 cm waktu dewasa.
Dalam proses pembibitan, jati umumnya rentan
terhadap serangan beberapa penyakit antara lain leaf spot disease yang
disebabkan oleh Phomopsis sp., Colletotrichum gloeosporioides, Alternaria
sp. dan Curvularia sp., Leaf rust yang disebabkan oleh Olivea tectonea, powdery
mildew yang disebabkan oleh Uncinula tectonae serta
penyakit layu bakteri yang disebabkan oleh bakteri Pseudomonas tectonae (Ralstonia
solanacearum) (Agrios,2005).
Beberapa alternatif telah dilakukan untuk
mengatasi lapisan ini seperti merendam biji dalam air, memanaskan biji dengan
api kecil atau pasir panas, serta menambahkan asam, basa, atau bakteri. Akan
tetapi alternatif tersebut masih belum optimal untuk menghasilkan jati dalam
waktu yang cepat dan jumlah yang banyak.
Beberapa contoh kasus mundurnya
hutan tanaman yang kurang memperhatikan wawasan konservasi telah disebutkan di
muka yaitu antara lain penurunan produktivitas, penurunan bonita pada areal
tertentu dan sebagainya. Pengertian
dan definisi Ilmu Penyakit Hutan adalah ilmu yang mempelajari hal ikhwal virus,
bakteri, cendawan, dan tanaman tingkat tinggi yang dapat menimbulkan kerusakan
pada pohon atau tegakan hutan dan hasil hutan.
Suatu pohon
disebut berpenyakit apabila pada pohon itu terjadi perubahan proses fisiologis
yang disebabkan oleh faktor-faktor penyebab penyakit sehingga jelas ditunjukan
adanya gejala (simptom). Gejala yang dimaksud disini dalah kelainanatau
penyimpangan dari keadaan normal yang ditunjukan oleh pohon atau tanaman. (Awang, 2002)
Dari dua
pengertian tersebut, maka kita akan lebih memilih definisi kedua, yaitu yang
ditinjau dari segi ekonomi, karena belum tentu tanaman yang menyimpang itu
merugikan petani, malahan kadangkala menguntungkan. Contohnya adalah kelapa
kopyor. Kalau ditinjau dari segi biologi, kelapa kopyor itu merupakan buah yang
sakit, akan tetapi karena sakit itu, maka kelapa tersebut memiliki harga yang
tinggi, sehingga lebih menguntungkan petani. Petani akan lebih mengharapkan
kelapanya sakit (kopyor) daripada kelapa yang sehat, karena akan mendapatkan
pendapatan yang lebih.
Oleh karena
itu, di dalam tulisan ini, akan dibahas tentang hama dan penyakit tanaman yang
mengacu pada kondisi yang menyebabkan tanaman tidak mampu untuk memberikan
hasil yang cukup kuantitas (jumlah) ataupun kualitasnya. Secara umum,
penyebab hama dan penyakit berasal dari gangguan faktor lingkungan dan jasad
renik.
Dilihat dari
ukurannya, ketiga penyebab hama dan penyakit ini memiliki ukuran yang sangat
kecil dan sulit bila dilihat dengan mata telanjang, jauh lebih kecil dari
tungau, ulat, belalang dan tikus yang kemudian biasa disebut ”hama tanaman”
yang bisa dengan mudah dilihat dengan mata telanjang. Penyebab
hama dan penyakit setelah melakukan kontak dengan salah bagian tanaman akan
menginfeksi bagian tanaman tersebut.
1.2
Tujuan Dan Kegunaan
Adapun
tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa untuk
mengetahui frekuensi
serangan dan intensitas serangan hama dan penyakit pada pohon jati (Tectona grandis. L,f) di desa Jono Oge,
Kecamatan Biromaru, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.
Kegunaan
dari praktikum ini yaitu agar mahasiswa dapat
mengetahui jenis-jenis serangan hama, penyakit dan gulma pada tegakan jati (Tektona
grandis L.f) dikawasan hutan tanaman. Selain itu, praktikum ini diharapkan dapat
menjadi referensi dan pembelajaran ke depannya saat turun kelapangan pekerjaan.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tanaman Jati (Tectona grandis L.f)
Jati (Tectona grandis L.f) adalah sejenis pohon penghasil kayu bermutu tinggi. Pohon
besar, berbatang lurus, dapat tumbuh mencapai tinggi 30-40 m. Berdaun besar,
yang luruh di musim kemarau. Jati dikenal dunia dengan nama teak (bahasa Inggris). Nama ini berasal dari kata
thekku dalam bahasa Malayalam, bahasa di negara
bagian Kerala di India selatan. Nama ilmiah jati adalah Tectona grandis L.f.
Pohon besar dengan
batang yang bulat lurus, tinggi total mencapai 40 m. Batang bebas cabang (clear bole) dapat mencapai 18-20 m. Pada hutan-hutan
alam yang tidak terkelola ada pula individu jati yang berbatang
bengkok-bengkok. Sementara varian jati blimbing memiliki batang yang berlekuk atau beralur
dalam; dan jati pring (Jw., bambu) nampak seolah berbuku-buku
seperti bambu. Kulit batang coklat kuning keabu-abuan, terpecah-pecah dangkal
dalam alur memanjang batang.
Pohon jati (Tectona
grandis L.f) dapat tumbuh meraksasa selama ratusan tahun dengan ketinggian
40-45 meter dan diameter 1,8-2,4 meter. Namun, pohon jati rata-rata mencapai
ketinggian 9-11 meter, dengan diameter 0,9-1,5 meter. Pohon jati yang dianggap
baik adalah pohon yang bergaris lingkar besar, berbatang lurus, dan sedikit
cabangnya. Kayu jati terbaik biasanya berasal dari pohon yang berumur lebih
daripada 80 tahun (Sumarna, 2001).
Ciri-ciri dan Taksonomi
Tanaman Jati :
·
Daun berbulu halus dan jika diremas
akan menghasilkan warna merah darah
·
Warna kayu coklat kuning hingga
coklat kemerahan
·
Bentuk daun elips dengan ukuran
60-70x80-100 CM untuk pohon jati muda dan akan segera mengecil saat usia pohon
semakin bertambah tua menjadi sekitar 15-20 cm
·
Permukaan kayu jati memiliki zat
berupa minyak hingga menjadikan si kayu jati kemilau/mengkilap dan indah
dipandang tanpa harus divernis, cukup diampelas saja kayu pohon jati akan
terlingat mengkilap.
Manfaat Tanaman Jati :
·
Jati sejak lama
digunakan sebagai bahan baku pembuatan kapal laut, termasuk kapal-kapal VOC
yang melayari samudera di abad ke-17. Juga dalam konstruksi berat seperti
jembatan dan bantalan rel.
·
Di dalam rumah, selain
dimanfaatkan sebagai bahan baku furniture, kayu jati digunakan pula dalam
struktur bangunan. Rumah-rumah tradisional Jawa, seperti rumah joglo Jawa
Tengah, menggunakan kayu jati di hampir semua bagiannya: tiang-tiang, rangka
atap, hingga ke dinding-dinding berukir.
·
Dalam industri kayu
sekarang, jati diolah menjadi venir (veneer) untuk melapisi wajah kayu lapis
mahal; serta dijadikan keping-keping parket (parquet) penutup lantai. Selain
itu juga diekspor ke mancanegara dalam bentuk furniture luar-rumah.
·
Banyak pesanggem
(petani) yang hidup di desa hutan jati memanfaatkan kulit pohon jati sebagai
bahan dinding rumah mereka. Daun jati, yang lebar berbulu dan gugur di musim
kemarau itu, mereka pakai sebagai pembungkus makanan dan barang. Cabang dan
ranting jati menjadi bahan bakar bagi banyak rumah tangga di desa hutan jati.
2.2
Hama Tanaman
Hama tumbuhan adalah organisme yang menyerang tumbuhan sehingga pertumbuhan
dan perkemabanganya terganggu.
Jenis-jenis Hama pada
tanaman jati :
a)
Hama ulat jati (Hyblaea
puera & Pyrausta machaeralis) yang menyerang pada awal musim
penghujan, yaitu sekitar bulan Nopember – Januari dengaan gejalan daun-daun
yang terserang berlubang karena dimakan ulat. Bila jumlah ulat tersebut tidak
banyak cukup diambil dan dimatikan. Bila tingkat serangan sudah tinggi, maka
perlu dilakukan pengendalian dengan cara penyemprotan menggunakan insektisida.
b)
Hama uret (Phyllophaga
sp) yang merupakan larva kumbang, biasanya menyerang pada bulan Februari –
April dengan memakan akar tanaman terutama yang masih muda, sehingga tanaman
tiba-tiba layu, berhenti tumbuh dan kemudian mati. Jika media dibongkar, akar
tanaman terputus/rusak dan dapat dijumpai hama uret. Kerusakan dan kerugian
paling besar akibat serangan hama uret terutama terjadi pada tanaman umur 1-2
bulan di lapangan, tanaman menjadi mati. Pencegahan dan pengendalian hama uret
dilakukan dengan penambahan insektisida granuler di lubang tanam pada saat
penanaman atau pada waktu pencampuran media di persemaian, khususnya pada
lokasi-lokasi endemik/rawan hama uret.
c)
Hama Tungau Merah (Akarina),
biasanya menyerang pada bulan Juni – Agustus dengan gejala daun berwarna kuning
pucat, pertumbuhan bibit terhambat. Hal ini terjadi diakibatkan oleh cairan
dari tanaman/terutama pada daun dihisap oleh tungau. Bila diamati secara
teliti, di bawah permukaan daun ada tungau berwarna merah cukup banyak (ukuran
± 0,5 mm) dan terdapat benang-benang halus seperti sarang laba-laba.
Pengendalian hama tungau dapat dilakukan dengan menggunakan akarisida.
d)
Hama kutu putih/kutu lilin yang
bisa menyerang setiap saat pada bagian pucuk (jaringan meristematis). Pucuk
daun yang terserang menjadi keriting sehingga tumbuh abnormal dan terdapat kutu
berwarna putih berukuran kecil. Langkah awal pengendalian berupa pemisahan
bibit yang sakit dengan yang sehat karena bisa menular. Bila batang sudah
mengkayu, batang dapat dipotong 0,5 – 1 cm di atas permukaan media; pucuk yang
sakit dibuang/dimusnahkan. Jika serangan sudah parah dan dalam skala yang luas
maka dapat dilakukan penyemprotan dengan menggunakan akarisida.
e)
Hama lalat putih atau serangga
kecil bertubuh lunak, mirip lalat, termasuk dalam ordo Homoptera. Hama ini
mencucuk dan mengisap cairan tanaman sehingga menjadi layu, kerdil bahkan mati.
Selain itu dapat menularkan virus dari tanaman sakit ke tanaman sehat.
Pengendalian hama ini dapat dilakukan secara :
1.
Biologis menggunakan musuh
alami berupa predator dan parasitoid.
2.
Melakukan wiwilan daun dan
penjarangan bibit dalam bedengan.
3.
Penyemprotan larutan campuran
insektisida-deterjen sedini mungkin ketika mulai terlihat di persemaian,
terutama diarahkan ke permukaan daun bagian bawah, karena serangga ini mengisap
cairan dan tinggal pada bagian tersebut, 4) secara mekanis, menggunakan alat
penjebak lalat putih (colour trapping) dan 6) pemupukan NPK cair,
untuk meningkatkan pertumbuhan dan kesehatan bibit di persemaian (Orwa et all.
2009).
2.3
Penyakit
Tanaman
Jenis – jenispenyakit
yang menyerang tumbuhan sangat banyak jumlahnya. Penyakit yang menyerang
tumbuhan banyak disebabkan oleh mikroorganisme, yang ditunjukan oleh
perubahan morfologi dan menimbulkan kerusakan (kerugian). (Semangun, 2001)
Jenis-jenis Penyakit pada Tanaman Jati :
a) Penyakit akar adalah jenis
gangguan pada akar tanaman Jati yang sering dijumpai adalah Pseudomonas
Tectonae. Penyakit ini ditandai dengan adanya daun yang menguning dan kemudian berubah menjadi coklat.
Penyakit ini sulit diberantas. Selain itu juga dijumpai jamur akar
Armilaria melea, Phellinus
hellinus, Phellinus lamaonsis, Phellinus noxius, Helicobasidium
compactum, Phellinus rhizomorpho, Ustulina deusta, Xylaria thwaittesii,
Polyporus zonalis, Polyporus shoreae serta jenis cendawan akar
merah Rigidoporus lignosus.
b) Penyakit Batang adalah jenis
penyakit yang menyerang batang tanaman Jati di antaranya Corticium salmonicolor
dan Nectria haematococca sebagai penyebab kanker batang.
Serangannya ditandai dengan daun layu dan berwarna hitam gelap, muncul tubuh buah
jamur yang menebal berwarna putih hingga merah jambu pada kulit luar, timbul
benjolan lapisan gabus pada permukaan batang, kulit kayu pecah-pecah kemudian terjadi luka dan berlubang-lubang
arah memanjang (Sumana yana.2001).
c) Penyakit pucuk daun adalah jenis penyakit yang menyerang pucuk daun yaitu Stemphyllum sp, dan Phomopsi tectonae
serta jenis Ganoderma applanatum dan Phellinus lamoensis yang
menyebabkan akar berwarna coklat. Jenis lain yang menyerang daun di antaranya Cercospora sp, Mycosphaerella sp,
Sphaceloma sp, Sclerotium sp, Podospora sp, Xanthomonas sp, Rhizoctonia sp,
Marasmius sp serta Phyllactinia sp (Sumana yana.2001).
2.4
Gulma
Gulma adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan pada lahan
pertanian karena menurunkan hasil yang bisa dicapai oleh tanaman produksi.
Jenis-jenis Gulma pada Tanaman Hutan :
a) Teki
Kelompok teki – tekian memiliki daya
tahan luar biasa terhadap pengendalian mekanis, karena memiliki umbu batang di
dalam tanah yang mampu bertahan berbulan – bulan.Contohnya adalah teki ladang (Cyperus
rotundus).
b) Rumput
Gulma dalam kelompok ini berdaun
sempit seperti teki tetapi menghasilkan stolon. Stolon ini di dalam tanah berbentuk jaringan rumit
yang sulit diatasi secara mekanik.Contohnya adalah alang – alang (Imperata
cylindrica).
c) Gulma daun lebar
Gulma
merupakan vegetasi yang tidak di inginkan dan merupakan tumbuhan penganggu dari
tanaman pokok pada hutan tersebut atau tumbuhan yang tumbuh yang nilainya negative melebihi nilai positi
(sumana yana. 2001),
III.
METODE
PRAKTEK
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum
Perlindungan Hutan dilaksanakan pada hari Rabu, 25 Mei 2016, dimulai pada pukul
08.00 WITA sampai selesai, yang bertempat di Desa Jono Oge, Kecamatan Biromaru,
Kabupaten Sigi, Palu.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan dan
alat yang digunakan yaitu parang, kamera, botol plastik, kantongan plastik,
tali rafia, meteran roll, tabel sheet, kalkulator dan alat tulis-menulis.
3.3 Metode Praktek
Pertama-tama
membuat plot dengan ukuran 10m × 10m dengan menggunakan tali rafia, yang
dilakukan secara 5 kali pengulangan. Setelah itu mengidentifikasi tanaman yang
ada di dalam setiap plot apakah ada gejala-gejala serangan yang terjadi pada
setiap tanaman seperti gejala sehat, merana ringan, merana sedang, merana berat
dan mati. Kemudian mengambil data primer yaitu gejala yang dilakukan dengan
cara melihat perubahan fisik yang ditimbulkan oleh tanaman, seperti adanya daun
berlubang, busuk daun ataupun terkena gejala kanker batang. Setelah pengambilan
data di lapangan, dilakukan perhitungan untuk mencari frekuensi serangan dan
intensitas serangan yang terjadi pada tanaman jati.
Tegakan jati (Tectona grandis L. f)
|
e
|
d
|
c
|
a
|
b
|
Gambar 1.
Plot pengamatan tegakan jati (Tectona
grandis L.f)
Keterangan :
a.
Plot 1 dengan ukuran 10 x 10
b.
Plot 2 dengan ukuran 10 x 10
c.
Plot 3 dengan ukuran 10 x 10
d.
Plot 4 dengan ukuran 10 x 10
e.
Plot 5 dengan ukuran 10 x 10
3.4
Analisis Data
Untuk mengetahui frekuensi serangan hama dan pathogen pada
tanaman James (1974) :
Frekuensi
Serangan = Jumlah tanaman yang terserang dan yang
mati x 100 %
Jumlah seluruh tanaman sampel
Jumlah seluruh tanaman sampel
Untuk mengetahui
intensitas serangan hama dan pathogen pada tanaman :
Intensitas Serangan = (X1Y1)+(X2Y2)+(X3Y3)+(X4Y4) x
100 %
(XY4)
Keterangan
:
I = Intensitas serangan
X = Jumlah seluruh tanaman
X1-X4 = Jumlah tanaman yang
merana ringan (skor 1) sampai yanag mati (skor 4)
Y1Y4 = Jumlah tanaman yang merana
ringan sampai mati (1 sampai 4)
Tabel 1. Cara menentukan nilai
(skor) serangan hama pada tanaman jati. Eusebio et al (1979) dan Sharma et al
(1984).
Gejala pada tanaman
|
skor
|
Sehat (
tidak ada gejala serangan atau ada serangan pada daun tapi sangat sedikit
dibandngkan dengan luas dan seluruhnya).
|
0
|
Merana
ringan ( jumlah daun yang terserang dan jumlah serangan pada masing-masing
daun yang terserang sedikit atau daun rontok sedikit).
|
1
|
Merana
sedang ( jumlah daun yang terserang dan jumlah serangan masing-masing daun
yang terserang agak banyak atau daun rontok agak banyak ).
|
2
|
Merana berat
( jumlah daun yang terserang dan jumlah serangan pada masing-masing daun yang
terserang banyak ).
|
3
|
Mati (
seluruh daun layu atau rontok atau tidak ada tanda-tanda kehidupan )
|
4
|
Tabel 2. Cara menentukan
kondisi tanaman akibat serangan hama atau penyakit. De Guzman (1985).
Intensitas
Serangan ( % )
|
Kondisi
Tanaman
|
0,1
>1-25
25-50
50-75
75-100
|
Sehat
Rusak
ringan
Rusak
sedang
Rusak
berat
Rusak
sangat berat
|
IV.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1
Tabel Hasil
Pengamatan
Tabel
3. Tally Sheet Plot 1
Nomor Tanaman
|
Kriteria
|
Ket
|
||||
Sehat
(X0)
|
Merana
Ringan
(X1)
|
Merana
Sedang
(X2)
|
Merana
Berat
(X3)
|
Mati
(X4)
|
||
1
|
|
ü
|
2
|
|||
2
|
ü
|
|
1
|
|||
3
|
ü
|
|
1
|
|||
4
|
ü
|
|
1
|
|||
5
|
ü
|
|
1
|
|||
6
|
|
ü
|
2
|
|||
7
|
ü
|
|
1
|
|||
8
|
|
|
ü
|
3
|
||
9
|
|
ü
|
2
|
|||
Jumlah
|
-
|
5
|
3
|
1
|
-
|
14
|
Tabel 4. Tally Sheet Plot 2
Nomor Tanaman
|
Kriteria
|
Ket
|
|||||
Sehat
(X0)
|
Merana
Ringan
(X1)
|
Merana
Sedang
(X2)
|
Merana
Berat
(X3)
|
Mati
(X4)
|
|||
1
|
|
|
ü
|
|
|
2
|
|
2
|
|
ü
|
|
|
|
1
|
|
3
|
|
|
|
ü
|
|
3
|
|
4
|
|
ü
|
|
|
|
1
|
|
5
|
|
|
ü
|
|
|
2
|
|
6
|
|
ü
|
|
|
|
1
|
|
7
|
|
|
ü
|
|
|
2
|
|
8
|
|
|
ü
|
|
|
2
|
|
9
|
|
|
ü
|
|
|
2
|
|
10
|
|
|
ü
|
|
|
2
|
|
11
|
|
|
ü
|
|
|
2
|
|
Jumlah
|
-
|
3
|
7
|
1
|
-
|
20
|
|
Tabel 5. Tally
Sheet Plot 3
Nomor Tanaman
|
Kriteria
|
Ket
|
||||
Sehat
(X0)
|
Merana
Ringan
(X1)
|
Merana
Sedang
(X2)
|
Merana
Berat
(X3)
|
Mati
(X4)
|
||
1
|
|
|
ü
|
|
|
2
|
2
|
|
ü
|
|
|
|
1
|
3
|
|
|
ü
|
|
|
2
|
4
|
|
|
|
ü
|
|
3
|
5
|
ü
|
|
|
|
|
0
|
6
|
ü
|
|
|
|
|
0
|
7
|
ü
|
|
|
|
|
0
|
8
|
|
ü
|
|
|
|
1
|
9
|
|
ü
|
|
|
|
1
|
10
|
|
|
|
ü
|
|
3
|
11
|
|
|
ü
|
|
|
2
|
12
|
|
|
ü
|
|
|
2
|
Jumlah
|
3
|
3
|
4
|
2
|
-
|
17
|
Tabel 6. Tally
Sheet Plot 4
Nomor Tanaman
|
Kriteria
|
Ket
|
||||
Sehat
(X0)
|
Merana
Ringan
(X1)
|
Merana
Sedang
(X2)
|
Merana
Berat
(X3)
|
Mati
(X4)
|
||
1
|
|
|
ü
|
|
|
2
|
2
|
|
ü
|
|
|
|
1
|
3
|
|
|
|
|
ü
|
4
|
4
|
|
|
ü
|
|
|
2
|
5
|
|
|
ü
|
|
|
2
|
6
|
|
|
|
ü
|
|
3
|
7
|
|
ü
|
|
|
|
1
|
8
|
|
ü
|
|
|
|
1
|
9
|
|
ü
|
|
|
|
1
|
10
|
|
|
ü
|
|
|
2
|
11
|
|
|
ü
|
|
|
2
|
Jumlah
|
-
|
4
|
5
|
1
|
1
|
21
|
Tabel 7. Tally
Sheet Plot 5
Nomor Tanaman
|
Kriteria
|
Ket
|
||||
Sehat
(X0)
|
Merana
Ringan
(X1)
|
Merana
Sedang
(X2)
|
Merana
Berat
(X3)
|
Mati
(X4)
|
||
1
|
|
|
ü
|
|
|
2
|
2
|
|
ü
|
|
|
|
1
|
3
|
|
ü
|
|
|
|
1
|
4
|
|
|
ü
|
|
|
2
|
5
|
|
|
ü
|
|
|
2
|
6
|
|
ü
|
|
|
|
1
|
7
|
|
ü
|
|
|
|
1
|
8
|
|
|
ü
|
|
|
2
|
9
|
|
|
ü
|
|
|
2
|
10
|
|
ü
|
|
|
|
1
|
11
|
|
|
ü
|
|
|
2
|
Jumlah
|
-
|
5
|
6
|
-
|
-
|
17
|
4.1.2
Menentukan
Frekuensi dan Intensitas Serangan Hama dan Penyakit paa Plot 1 sampai Plot 5
a.
Plot 1
Frekuensi Serangan =
x 100% =
x 100%
= 100 %
Intensitas serangan =
x 100%
=
x 100%
= 38 %
b.
Plot 2
Frekuensi Serangan =
x 100%
=
x 100%
= 100 %
Intensitas seranga
x 100%
=
x 100%
= 45 %
c.
Plot 3
Frekuensi Serangan =
x 100%
=
x 100%
= 100 %
Iintensitas serangan =
x 100%
=
x 100%
=
35 %
d.
Plot 4
Frekuensi Serangan =
x 100% =
x 100%
= 100 %
Intensitas serangan =
x 100%
=
x 100%
= 47,7 %
e.
Plot 5
Frekuensi Serangan =
x 100%
=
x 100%
= 100 %
Intensitas serangan =
x100 %
=
x 100%
= 38.6 %
4.1.3
Pengaruh Kerusakan Tegakan Jati (Tectona
grandis
L.f) akibat faktor-faktor Biotik, Abiotik dan Sosial.
Tabel 8. Kerusakan akibat faktor biotik pada tanaman
jati
(Tectona
grandis L.f)
Jenis Tanaman
|
Penyakit Kerusakan
|
Bagian Tanaman Yang Rusak
|
Gejala Kerusakan
|
Jati ( Tectona grandis L.f)
|
Rayap
|
Batang
|
Pembengkakan dan berlubang-lubang pada batang
|
Semut
|
Batang
|
Pembengkakan dan berlubang-lubang pada batang
|
|
Tungau Merah
|
Daun
|
Daun menguning dan kering
|
|
Ulat Jati
|
Daun
|
Daun berlubang-lubang
|
|
Gulma Strengler
|
Batang
|
Batang dikelilingi gulma, sehingga batang mengecil
|
Tabel 9. Kerusakan akibat faktor abiotik pada
tanaman jati
(Tectona grandis L.f)
Jenis Tanaman
|
Penyakit Kerusakan
|
Bagian Tanaman Yang Rusak
|
Gejala Kerusakan
|
Jati( Tectona grandis L.f)
|
Difisiensi unsur hara
|
Batang
|
Tanaman mengecil dan pendek
|
Alat kerja (Parang)
|
Batang
|
Batang terkena sayatan yang mengakibatkan batang luka
|
Tabel 10. Kerusakan akibat faktor sosial pada
tanaman jati
(Tectona grandis L.f)
Jenis Lahan
|
Penyebab Kerusakan
|
Gejala Kerusakan
|
Lahan Hutan
Tanaman
|
Perladangan
|
Bekas penebangan
dan pembakaran tanaman
|
Pencurian hasil
hutan
|
Bekas penebangan
pohon
|
4.2
Pembahasan
pada
plot 1 terdapat 9 pohon dimana pohon dengan kategori merana ringan ada 5 pohon
dengan skor 1, merana sedang ada 3 pohon dengan skor 2, dan merana berat dengan
ada 1 pohon dengan skor 3. Maka intensitas serangan pada plot 1 sebesar 38 %
dapat di kategorikan rusak sedang.
pada
plot 2 terdapat 11 pohon dimana pohon dengan kategori merana ringan ada 3 pohon
dengan skor 1, merana sedang ada 7 pohon dengan skor 2, dan merana berat ada 1
pohon dengan skor 3. Maka intensitas serangan pada plot 2 sebesar 45 % dapat di
kategorikan rusak sedang.
pada
plot 3 terdapat 12 pohon dimana pohon dengan kategori sehat ada 3 pohon dengan
skor 0, merana ringan ada 3 pohon dengan skor 1, merana sedang ada 4 pohon
dengan skor 2, dan merana berat dengan ada 2 pohon dengan skor 3. Maka
intensitas serangan pada plot 3 sebesar 35 % dapat di kategorikan rusak sedang.
Pada
plot 4 terdapat 11 pohon dimana pohon dengan kategori merana ringan ada 4 pohon
dengan skor 1, merana sedang ada 5 pohon dengan skor 2, dan merana berat dengan
ada 1 pohon dengan skor 3, dan mati ada 1 pohon dengan skor 4. Maka intensitas
serangan pada plot 4 sebesar 47,7 % dapat di kategorikan rusak sedang.
pada
plot 5 terdapat 11 pohon dimana pohondengan kategori merana ringan ada 5 pohon
dengan skor 1, merana sedang ada 6 pohon dengan skor 2. Maka intensitas
serangan pada plot 5 sebesar 38,6 % dapat di kategorikan rusak sedang.
Berdasarkan
praktikum yang dilakukan di Lapangan terhadap tanaman jati (Tectona
grandis L.f),
praktikan menemukan beberapa hama, penyakit, dan gulma yang menyerang tanaman
jati.
Hama yang menyerang tanaman jati (Tectona
grandis L.f)
ialah berupa belalang (Locusta migratoria),
semut, dan ulat (Hyblaea purea).
Belalang (Locusta migratoria) merupakan
hama yang sering menyerang bagian daun pada tumbuhan, dan yang praktikan
temukan di lapangan ialah daun yang berlubang-lubang yang ternyata sedang
dimakan oleh belalang (Locusta migratoria).
Semut juga merupakan hama dikarenakan
merusak bagian batang pada tanaman jati (Tectona grandis L.f),
cara semut merusak ialah dengan membuat sarangnya pada bagian batang pohon yang
mengakibatkan pohon menjadi berlubang-lubang. Ulat (Hyblaea purea)
juga merupakan hama yang menyerang pada bagian daun sama halnya dengan belalang
(Locusta migratoria), ulat (Hyblaea
purea) memakan bagian-bagian daun yang
menyebabkan daun berlubang-lubang.
Gulma adalah tumbuhan yang
kehadirannya tidak diinginkan pada lahan pertanian karena menurunkan hasil yang
bisa dicapai oleh tanaman produksi atau tanaman target.
Penyakit yang ditemukan pada tanaman
jati(Tectona grandis L.f)
di lapangan ialah penyakit kanker batang dan penyakit pucuk daun. Penyakit
kanker batang terdapat pada salah satu bagian batang yang rusak atau membusuk
dikarenakan penyakit yang menyerang. Penyakit pucuk daun ialah menguningnya
atau menjadi coklatnya bagian daun yang disebabkan oleh penyakit.
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari pengamatan yang kami lakukan dapat disimpulkan bahwa :
1.
Jenis-jenis hama yang ditemukan
menyerang tegakan jati adalah, hama serangga, yaitu kupu-kupu
dan belalang, semut rangrang, rayap, dan ulat
2.
Jenis-jenis Penyakit yang ditemukan
pada tegakan jati adalah penyakit daun menguning, kanker batang, pelunakan
kulit batang
3.
Frekuensi serangan Hama
dan Penyakit pada Tegakan Jati (Tectona
Grandis L.f) secara keseluruhan adalah sebesar 100 %.
4.
Intensitas seragan Hama
dan Penyakit pada Tegakan Jati (Tectona Grandis L.f) , pada setiap plot adalah :
Plot
1 =
38 % (Rusak Sedang)
Plot
2 =
45 % (Rusak sedang)
Plot
3 =
35 % (Rusak sedang)
Plot
4 =
47.7 % (Rusak sedang)
Plot 5 = 38 %
(Rusak sedang)
5.2
Saran
Sebaiknya pada praktikum selanjutnya lebih diperhatikan
masalah penempatan hari dan tanggal praktek, agara praktek
dilakukan sesui dengan jadwal yang di tentukan.
DAFTAR PUSTAKA
Agrios,G.N.2005.plant pathology(fifth
edition).Elsevier,Academic.
Awang, S.A. dkk., 2002, Etnoekologi Manusia di Hutan Rakyat.
Sinergi Press. Jogyakarta.
Orwa, et al. 2009. Tectona
grandis L. F. Agroforestry databese.
Semangun,H.2001.Pengantar
Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan.Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.
Sumarna
Yana, 2001. Budidaya Jati. Penebar Swadaya. Jakarta.
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
Dokumentasi foto kelompok
LAMPIRAN 2
Dokumentasi
pengamatan jenis hama dan penyakit pada tegakan jati (Tectona grandis L.f).
|
|||||||
|
|||||
RIWAYAT HIDUP
Komentar
Posting Komentar