fahutan 2014



MAKALAH
SIVIKULTUR

“ Gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk)  


 


Disusun oleh Kelompok 7 :





AHMAD FAUZY                             L 131 14 061
TANDI MEDITA SAPUTRA         L 131 14 032
RISMAN                                            L 131 14 010
MOH RAFLI                                     L 131 14 045







JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2015
I.       PENDAHULUAN
1.1       Latar belakang
Mengingat saat ini gaharu sangat sulit ditemukan sehingga perlu dipertahankan dan dilestarikan agar jenis ini tidak punah serta gaharu telah lama diperdagangkan sebagai komoditi elit utnuk keperluan industri. Eksploitasi gaharu yang selama ini dilaksanakan tanpa memperhatikan kaidah kelestarian mengakibatkan populasi pohon gaharu saat ini semakin menurun, bahkan sejak tahun 1995 CITES telah memasukkan gaharu kedalam Appendix II, karena populasinya telah semakin berkurang, bahkan mendekati kategori rentan punah. Menurut WCMC dan TRP rata-rata kemampuan suplai negara-negara eksportir gaharu adalah sebesar 670 ton/tahun. Jumlah ekspor diatas cenderung menurun setiap tahunnya. Sebagai contoh, Indonesia merupakan eksportir gaharu alam terbesar dengan angka 300 ton/tahun, sejak tahun 1998 kemampuan ekspor Indonesia hanya mencapai angka 30 ton/tahun. Selain mencegah kepunahan gaharu ini. Hal ini diharapkan selain dapat  melestarikan plasma nutfah sumberdaya pohon penghasil gahru, juga sekaligus dapat membina perolehan pendapatan masyarakat serta devisa negara dan membina kelestarian produksi gaharu yang konstruktif dalam revitalisasi di sektor kehutanan.
Gaharu merupakan produk Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) dalam bentuk gumpalan, serpihan atau bubuk yang memiliki aroma keharuman khas yang bersumber dari kandungan bahan kimia berupa resin (α-β oleoresin). Gaharu terbentuk dalam jaringan kayu, akibat pohon terinfeksi penyakit cendawan (fungi) yang masuk melalui luka batang (patah cabang) atau akibat perlakuan manusia. Jadi gaharu adalah hasil senyawa antara bakteri yurgodium dengan tanaman kemendangan (A. malaccensis Lamk) yang mengahsilkan resin beruapa aroma harum.
Meningkatnya nilai guna gaharu, mendorong minat negara-negara industri untuk memperoleh gaharu dengan harga jual yang semakin meningkat. Tingginya harga jual mendorong upaya masyarakat merubah pola produksi, semula hanya memanfaatkan  atau memungut dari pohon produksi yang telah mati alami, kini dilakukan dengan cara menebang pohon hidup dan mencacah bagian batang untuk memperoleh bagian kayu yang telah bergaharu. Hal ini dapat mengancam kelestarian sumber daya pohon, maka dari itu perlu adanya kelestarian sumberdaya dan produksi gaharu, dengan  upaya pembudidayaan.
Pembudidayaan tanaman gaharu dapat didukung dengan penggunaan cendawan mikoriza arbuskula (CMA) guna pertumbuhan bibit  dalam membantu pertumbuhan tanaman, meningkatkan resistensi tanaman terhadap kekeringan serta  memperbaiki nutrisi tanaman. Selain ideal dikembangkan di berbagai wilayah endemik sesuai daerah sebaran tumbuh jenis, juga dimungkinkan dapat dibudidayakan pada lahan-lahan atau kawasan yang memiliki kesesuaian tumbuh.

Pemanfaatan gaharu di Indonesia oleh Masyarakat Pedalaman Sumatera dan Kalimantan, telah berlangsung puluhan bahkan ratusan tahun yang lalu. Gaharu dimanfaatkan antara lain untuk pengharum tubuh, ruangan, bahkan kosmetik dan obat-obatan sederhana.
1.2       Rumusan Masalah
            a. Deskripsi tanaman Gaharu ?
            b. Bagaimana persyaratan tempat tumbuh tanaman Gaharu ?
            c. Bagaimana teknik budidaya tanaman Gaharu ?
            d. Bagaimana  teknik pemeliharan tanamanan Gaharu ?
            e. Bagaimana teknik pemanenan Gaharu ?

1.3       Tujuan Penulisan
            a. Dapat mendeskripsikan tentang tanaman Gaharu.
            b. Untuk mengetahui persyaratan tempat tumbuh  Gaharu.
            c. Untuk mengetahui teknik budidaya tanaman Gaharu
            d. Untuk mengetahui teknik pemeliharan tanamanan Gaharu.
            e. Dapat mengetahui teknik pemanenan yang benar.











II.        PEMBAHASAN
2.1       Deskripsi tanaman Gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk)
Gaharu didefinisikan sebagai sejenis kayu dengan berbagai bentuk dan warna yang khas, serta memiliki kandungan kadar damar wangi yang berasal dari pohon atau bagian pohon penghasil gaharu yang tumbuh secara alami dan telah mati sebagai akibat dari suatu proses infeksi yang terjadi baik secara alami maupun buatan, yang pada umumnya terjadi pada pohon gaharu.  Beberapa   cendawan yang dapat di gunakan sebagai inokolum diantaranya : Acremonium sp, Cylindrocarpon sp, Fusarium nivale, Fusarium solani, Fusarium fusariodes, Fusarium roseum, Fusarium lateritium, Chepalosporium sp.
Ciri - cirri pohon gaharu :
a)      Pohon mempunyai tinggi mencapai 40 m dengan diameter batang 80 cm.
b)      Kulit batang bagian luar berwarna abu-abu keputihan, pada pohon tua kulit bagian luar jika diraba terasa lunak atau rapuh dan mudah mengelupas.
c)      Kulit batang bagian dalam berwarna putih krem dan kayu gubalnya berwarna putih.
d)     Ranting muda berwarna coklat terang dan berbulu halus.
e)      Daun berwarna hijau kadang terdapat bintik - bintik putih dan tepi daun bergelombang, pada bagian atas daun muda tidak terdapat bulu tetapi pada bagian bawah kadang dijumpai adanya bulu-bulu halus, merupakan daun tunggal dengan bentuk daun menjorong hingga lonjong, membundar telur sungsang hingga lonjong atau melanset sungsang dengan panjang 4,5 – 10 cm dan lebar 1,5 – 4,5 cm. Pangkal daun membaji hingga menirus, ujung daun meruncing dan kadang berekor dengan panjang hingga 1 cm. Tulang daun sekunder 12-19 pasang,urat daun tidak beraturan, kadang bercabang, terlihat jelas dari permukaan atas daun. Tangkai daun dengan panjang 3-5 mm, berbulu.
f)       Perbungaan di ujung, ketiak dan diatas ketiak tangkai dengan bunga berwarna putih, kuning terang atau kuning dengan panjang hingga 5.mm, berbulu halus.
g)      Kelopak bunga berbentuk bulat telur hingga lonjong, menumpul, berbulu tebal pada kedua permukaan. Bagian mahkota bunga pada umunya lebih panjang dari benangsari, bulat telur hingga lonjong dan berambut tebal. Benangsari panjang 1-1,5 mm, berseling panjang dan pendek dengan kepala sari berukuran 0,5mm. Bakal buah berbulu tebal dengan kepala putik ementol. Buah kapsul berbentuk menjantung (subcordate), dengan ukuran 8-12(-16) mm sampai 10-12(-15) mm, terdapat 1-2 biji dalam satu buah.
h)       Biji bulat telur dengan ukuran 6-4 mm, berbulu tebal berwarna kecoklatan

Gaharu (A. malaccensis Lamk ) dapat ditemukan di Bangladesh, Bhutan, India, Indonesia, Iran, Laos, Malaysia, Myanmar, Philipina, Singapore, dan Thailand. Gaharu hanya diambil gubalnya yang mengeluarkan bau harum. Keharuman gubal gaharu terbentuk oleh kayu yang mengalami pelapukan dan mengandung damar wangi (aromatic resin) sebagai akibat serangan jamur. Dengan kata lain, gaharu atau gubal gaharu merupakan substansi aromatik berupa gumpalan atau padatan berwarna coklat muda sampai coklat kehitaman yang terbentuk pada lapisan dalam dari kayu tersebut. Substansi aromatik yang terkandung dalam gubal gaharu ini termasuk dalam golongan sesquiterpena.
Taksonomi atau klasifikasi gaharu (Aquilaria) adalah sebagai berikut :
Kingdom         : Plantae
Divisio             : Spermatophyta
Class                : Dicotyledonae
Ordo                : Myrtales
Family             : Thymeleceae
Genus              : Aquilaria
Species            : A. malaccensis Lamk

2.2       Persyaratan tempat tumbuh.
Secara ekologis jenis-jenis gaharu di Indonesia tumbuh di hutan primer terutama di dataran rendah, dan daerah pegunungan sampai ketinggian 2.400 m dpl. Umumnya gaharu yang berkualitas baik tumbuh pada daerah beriklim panas dengan suhu 28° - 34° C, kelembaban 60 – 80 %, dan curah hujan 1.000 – 2.000 mm/tahun .
Tinggi pohon di daerah potensial, gaharu ini dapat mencapai 4 meter dengan diameter 50 – 80 cm. Kulit batangnya licin berwarna putih atau keputih-putihan, lurus atau kadang-kadang beralur. Kayunya agak keras, daun lonjong memanjang dengan panjang 5 – 8 cm dan lebarnya 3 – 4 cm, berujung runcing, dan berwarna hijau mengkilat. Bunga berada diujung ranting atau ketiak daun bagian atas dan bawah. Buah berada di dalam polong berbentuk bulat atau lonjong, berukuran panjang sekitar 5 cm, dan lebar 3 cm.

2.3          Budidaya Tanaman gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk)
Budidaya tanaman gaharu merupakan salah satu jenis usaha yang cukup menjanjikan, karena peluang usaha budidaya tanaman ini terbilang masih terbuka lebar. Namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan jika ingin melakukan usaha budidaya tanaman gaharu yaitu :
a.         Pemilihan bibit
Untuk bisa melakukan pembudidayaan tanaman gaharu, tentunya yang pertana kali harus dipersiapkan adalah bibitnya. Jika ingin mendapatkan hasil pohon gaharu yang berkualitas, maka harus digunakan bibit yang berkualitas.
Biasanya para petani gaharu mendapatkan bibit dari petani atau pihak-pihak yang menyediakan bibit gaharu. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat memilih bibit gaharu. Pastikan bibit sehat atau tidak terserang hama, dan memiliki diameter minimal 1 cm dan tinggi minimal 20 sampai 30 cm. Bibit tersebut merupakan bibit yang ideal untuk dibudidayakan.
b.        Persiapan lahan
Setelah bibit pohon gaharu didapat, selanjutnya mempersiapkan lahan untuk menanamnya. Seperti yang telah disebutkan tadi bahwa pohon gaharu tidak memerlukan lahan khusus. Hanya saja yang perlu diperhitungkan adalah jarak tanam dari tiap-tiap pohon gaharu. Jarak yang ideal adalah 3 x 3 meter. Namun juga bisa disesuaikan dengan kebutuhan.
c.         Penanaman
Untuk menanam bibit gaharu tentunya harus dipersiapkan lubang tanamnya. Ukuran lubang tanam yang ideal adalah 30 x 30 cm. Usahakan pembuatan libang dilakukan minimal 2 minggu sebelum penanaman.penambahan pupuk pada lahan juga penting untuk mempercepat pertumbuhan pohon gaharu. untuk dosis  pupuk sesuai dengan takaran yang sudah tertera pada kemasan. Penanaman bibit gaharu yang tidak baik adalah dilakukan pada saat musim pertengahan penghujanan.
d.        Pemeliharaan
Setelah bibit gaharu ditananm, selanjutnya bisa langsung masuk ke tahap pemeliharaan. Ada beberapa hal yang biasa dilakukan untuk merawat tanaman gaharu:
·           Memeberikan naungan
Naungan untuk tanaman gaharu dapat dibuat dari jerami atau daun yang berukuran lebar yang besarnya naungan disesuaikan dengan tanaman yang baru ditanam. Tujuannya untuk menghindarkan tanaman gaharu dari  sinar matahari  langsung, mengingat tanaman yang baru ditanam belum mampu menghadapi penguapan yang berlebihan akibat sinar matahari langsung (terkena sinar matahari dalam jumlah banyak) terutama saat tanaman masih berusia muda.
·           Memberikan pestisida
Selain itu juga diperlukan penanggulangan terhadap hama atau penyakit dengan memberikan pestisida. Disarankan untuk menggunakan pestisida organic Karen lebih aman dan kualitas yang dihasilkan juga lebih baik.
Karena pohon gaharu ini sangat rawan terhadap serangga pemakan daun maka untuk menanggulanginya biasa dilakukan penyemprotan insektida untuk memusnahkan serangga atau ulat yang biasa memakan daun gaharu.

2.4       Teknik Pemanenan
   Pemanenan gaharu dapat dilakukan minimum 1- 2 tahun setelah proses induksi jamur pembentuk gaharu Apabila ingin mendapatkan produksi gaharu yang baik dari segi kualitas maupun kuantitas, maka proses pemanenan dapat  dilakukan 2-3 tahun setelah proses induksi jamur.Teknik pemanenan dan keahlian dalam pemilahan kayu gaharu (Gubal dan kemedangan) .
Untuk mendapatkan produk gaharu harus melalui proses pemanenan (rekayasa produksi), yaitu dengan teknik induksi jamur atau pathogen ke dalam pohon gaharu. Teknik induksi atau inokulasi yang berkembang saat ini adalah teknik pengeboran atau penyuntikan. Gaharu yang terbentuk dapat dibedakan dalam 3 kelas kualitas yaitu: gubal gahru, kemedangan gaharu dan aubu gaharu.harga ketiga kelas tersebut berbeda – beda.
Untuk kelas gubal gaharu, herga tertinggi dipasaran dapat mencapai Rp. 60 juta per kilogram, sedangkan harga kemedang gaharu berkisar anatar Rp. 3 juta per kilogram. Kayu gaharu dapat disuling menjadi minyak gaharu dengan harga berkisar anatar Rp. 50 ribu – 150  ribu per cc.
III.       PENUTUP
3.1       Kesimpulan
Tanaman yang dapat mengahsilkan aroma harum khas  (gaharu) sudah banyak diketahui di Indonesia diantaranya dari jenis Kmendangan (A malaccensis)
Gaharu terbentuk akibat masuknya mikroba ke dalam jaringan tanaman sehingga sel tanaman akan menghasilkan suatu senyawa fitoaleksin yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap penyakit atau patogen.
Senyawa fitoaleksin guia dienal, selina-dienone, dan selina dienol. yang berupa resin berwarna coklat dan beraroma harum yang menumpuk pada pembuluh xilem dan floem untuk mencegah meluasnya luka ke jaringan lain.
Kayu gaharu dengan jenis Aquilaria malaccensis merupakan tanaman penghasil gaharu berkualitas terbaik dengan nilai jual yang tinggi. Manfaat selain untuk wangi-wangian juga sebagai bahan baku obat-obatan.








DAFTAR PUSTAKA

Soehartono, Tonny; Gaharu: Kegunaan dan Pemanfaatan.  Disampaikan pada Lokakarya Tanaman Gaharu di Mataram tanggal 4 – 5 September 2001
Santoso, U. dan Nursandy, F..2004. Kultur Jaringan Tanaman. Edisi II. Universitas Muhamadyah Malang Press. Malang.
Standar Nasional Indonesia. 1999. Gaharu. Jakarta. Diakses dari http://www.bpdas musi.net/_userdata/BkGaharu.pdf.
Kurniawan, Soraya.2008. Jenis-jenis Gaharu. http://files. Word press.com/pdf.   Diakses pada tanggal 6 September 2013 pukul 12.30 Wita.
Suryatmojo. 2004.Pohon Penghasil Gaharu. Hasil Penelitian :Yogyakarta.








Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah pemanenan hasil hutan

laporan ilmu ukur hasil hutan

laporan lengkap perlindungan hutan