laoparan ESDH
LAPORAN LENGKAP
PRAKTIKUM
EKONOMI SUMBER
DAYA HUTAN
“Disusun Sebagai
Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan
Mata
Kuliah Ekonomi Sumberdaya Hutan”
Oleh :
AHMAD FAUZY
L 131 14 061
L 131 14 061
JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2016
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas
kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ekonomi sumberdaya hutan ini.
Adapun laporan ekonomi sumberdaya hutan ini dibuat dengan bantuan
berbagai pihak dan juga teknologi internet, sehingga memperlancar pembuatan
laporan ini. Namun tidak
lepas dari itu semua, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan pada laporan
ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan pembaca yang ingin memberikan saran dan kritik
kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki laporan ini, sesuai dengan laporan
ilmiah pada umumnya yang bias memberikan dan menambah ilmu bagi siapa saja yang
membacanya.
Akhirnya penyusun mengharapkan
semoga dari laporan ini, dapat diambil ilmu dan manfaatnya sehingga dapat
memberikan ilmu dan inspirasi bagi yang membacanya.
Palu, 2016
Penyusun
DAFTAR
ISI
SAMPUL................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL................................................................................................ iv
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................... 2
1.3 Tujuan dan Kegunaan............................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 3
2.1 Deskripsi Pohon Kemiri......................................................................... 3
2.2 Klasifikasi Kemiri................................................................................... 4
2.3 Penyebaran Kemiri................................................................................. 5
2.4 Manfaat dan Kegunaan Kemiri.............................................................. 5
III. METODE PRAKTEK................................................................................. 7
3.1 Waktu dan Tempat................................................................................ 7
3.2 Alat dan Bahan..................................................................................... 7
3.3 Cara Kerja............................................................................................. 7
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
4.1.1 Hasil Pengukuran Tegakan Kemiri pada Sub
Plot 1..................
4.1.2 Hasil Pengukuran Tegakan Kemiri pada Sub
Plot 9..................
4.2 Pembahasan.............................................................................................
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1...
Kesimpulan........................................................................................ 14
5.2...
Saran.................................................................................................. 14
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR
TABEL
No. Teks Halaman
1.
Hasil pengukuran
tegakan kemiri pada plot 1 .................................................. 9
2.
Hasil Pengukuran
tegakan kemiri pada plot 9................................................ 10
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Huatan merupakan saahsatu sumber daya alam
yang memiliki nilai ekonomi, ekologi, dan social yang tinggi. Tekanan penduduk dan tekanan ekonomi yang semakin besar,
mengakibatkan pengambilan hasil hutan semakin intensif (penebangan kayu).
Penebangan hutan juga dilakukan untuk kepentingan yang lain, misalnya untuk
mengubah menjadi ladang pertanian a tau perkebunan. Akibat dari
gangguan-gangguan hutan tersebut akan menyebabkan te rjadinya perubahan fungsi
hutan. Perubahan-perubahan tersebut lebih menekankan k earah fungsi ekonomi
dengan mengabaikan fungsi sosial atau fungsi ekologis. Konsep pengelolaan hutan
secara bijaksana, harus mengembalikan fungsi hutan seca ra menyeluruh (fungsi
ekologis, fungsi sosial dan fungsi ekonomi) dengan lebih m enekankan kepada
peran pemerintah, peran masyarakat dan peran swasta. Langkah- l angkah yang
sinergi dari ke tiga komponen (pemerintah, masyarakat dan swasta) ak an
mewujudkan fungsi hutan secara menyeluruh yang menciptakan pengamanan dan pel
estarian hutan. Perkembangan pembangunan kehutanan pada masa lalu, telah
mengubah banyak wajah h utan Indonesia. Kebakaran hutan, penebangan liar,
perladangan berpindah, dan pen urunan keragaman hayati adalah cerita yang
melekat pada hutan Indonesia. Fenomen a-fenomena tersebut telah mempengaruhi
cerita bangsa dalam kehidupan masyarakat Internasional. Kerusakan yang terjadi
terhadap salah satu ekosistem dapat menim bulkan dampak lanjutan bagi aliran
antar ekosistem maupun ekosistem lain di seki tarnya. Khusus bagi komunitas
bakau/mangrove dan lamun, gangguan yang parah akib at kegiatan manusia berarti
kerusakan dan musnahnya ekosistem. Kerusakan hutan d ipicu oleh kebutuhan
manusia yang semakin banyak dan berkembang, sehingga terjad i hal-hal yang
dapat merusak hutan Indonesia.
Tumbuhan berkayu muncul di alam
diperkirakan pertama kali pada 395 hingga 400 juta tahun yang lalu. Manusia
telah menggunakan kayu untuk berbagai kebutuhan sejak ribuan tahun, terutama
untuk bahan bakar dan bahan konstruksi untuk membuat rumah dan senjata serta sebagai bahan baku industri
(misal pengemasan dan kertas). Kayu bisa dijadikan referensi
sejarah mengenai kondisi iklim dan cuaca di masa pohon tersebut tumbuh melalui
variasi jarak antar cincin pertumbuhan.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
potensi tegakan Kemiri (Aleurites moluccana) di Desa Sigimpu,
Kecamatan Palolo?
2.
Berapa
nilai ekonomi dari tegakan kemiri (Aleurites moluccana) di Desa Sigimpu,
Kecamatan Palolo?
1.3
Tujuan dan Kegunaan
Adapun tujuan dari
praktikum ini adalah untuk mengetahui potensi penyebaran dan nilai ekonomi dari
tegakan kemiri (Aleurites moluccana) di Desa Sigimpi,
Kecamatan Palolo.
Sedangkan tujuan dari praktikum ini adalah
untuk memahami potensi dari penyebaran dan nilai ekonomi dari tegakan kemiri (Aleurites
moluccana) di Desa Sigimpu Kecamatan Palolo.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Deskripsi Pohon Kemiri
Kemiri (Aleurites moluccana), adalah tumbuhan
yang bijinya dimanfaatkan sebagai sumber minyak dan
rempah-rempah. Tumbuhan ini masih sekerabat dengan singkong
dan termasuk dalam sukuEuphorbiaceae.
Sifat anatomi kayu kemiri yakni
kulit batang kemiri berwarna abu-abu agak mengkilap, serta beralur sedikit dan
dangkal. Kayu terasnya berwarna putih kekuning-kuningan dengan tekstur agak
kasar. Permukaan kayu agak mengkilap jika diraba agak kasar. Arah serat kayu
lurus dengan pori berbentuk lonjong dan hampir seluruhnya soliter. Jika
berkelompok biasanya bergabung setiap 2-3 pori, kadang-kadang 6-11 pori dalam arah
radial, pori-pori berdiameter 120-220 μ (Martawijaya, dkk, 1989).
Pohon besar; dengan tinggi mencapai 40 m dan gemang
hingga 1,5 m. Daun
tunggal, berseling, hijau tua, bertangkai panjang hingga 30 cm, dengan
sepasang kelenjar di ujung tangkai. Helai daun hampir bundar, bundar telur,
bundar telur lonjong atau menyegitiga, berdiameter hingga 30 cm. Perbungaan
dalam malaithyrsoid yang terletak terminal atau di ketiak ujung,
panjang 10–20 cm. Bunga-bunga berkelamin tunggal, putih, bertangkai
pendek. Kemiri terutama ditanam untuk bijinya; yang setelah diolah sering
digunakan dalam masakan Indonesia
dan masakan Malaysia. Di Pulau Jawa, kemiri juga dijadikan sebagai saus
kental yang dimakan dengan sayuran dan nasi. Kemiri memiliki kesamaan dalam
rasa dan tekstur dengan macadamia
yang juga memiliki kandungan minyak yang hampir sama.
Kayu kemiri
yang diteliti memiliki karakteristik antara lain warna kayu putih
kekuning-kuningan, tidak dapatdibedakan antara kayu gubal dan teras, tekstur
agak kasar, arah serat lurus, kesan raba agak kesat, permukaan agak mengkilap,
pori berbentuk lonjong, agak kecildan tersebar tata baur, bidang perforasi
sederhana, parenkim dua tipe yaitu paratrakeal selubung tidak lengkap dan
apotrakeal berbentuk garis-garis tangensial pendek, serta jari-jari
heteroselular berseri satu sampai dua (uniseriat dan biseriat)Asdar dan Lempang
,2011.
2.2
Klasifikasi Pohon Kemiri
Paimin (1997)
menyatakan berdasarkan penggolongan jenis tumbuh-tumbuhan (taksonomi), tanaman
kemiri termasuk famili Euphorbiaceae. Secara sistematis klasifikasi tanaman
kemiri adalah :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Archichlamydae
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Aleurites
Spesies : Aleurites sp.
Ketinggiannya
dapat mencapai 40 meter dan diameter batang bagian bawah dapat mencapai 1,25
meter. Daunnya selalu hijau sepanjang tahun dan
tajuknya sangat rindang (Sunanto, 1994).
2.3
Penyebaran Kemiri
Tanaman kemiri (Aleuritus molucana)
tersebar luas di daerah tropis dan subtropis, dari bagian timur Asia hingga
hingga Fiji di Kepulauan Pasifik. Di Indonesia tanaman ini tersebar luas di
seluruh wilayah nusantara. Dengan tersebarnya kemiri ini di seluruhdaerah di
Indonesia membuat kemiri ini mempunyai nama yang khusus di tiap-tiap daerah. Di
Sumatera sendiri kemiri disebut kereh, kemili, kembiri, gambiri,dll. Di Jawa
disebut midi,pidekan, miri atau muncang, sedangkan di Sulawesi disebut wiau,
lana, boyau, bontalo,dll. Kapan mulanya kemiri masuk ke Indonesia tidak
diketahui secara pasti, namun menurut Heyne, antara 1918-1925 Indonesia pernah
mengekspor kemiri dengan jumlah 112 ton per tahun. Pada kurun waktu tersebut
telah pula dipasarkan kemiri dari Sulawesi, Sumatera Barat, Palembang, Timor,
Bali, dan Lombok ke Jawa sebanyak 3.630 ton per tahun. Hal ini menunjukkan
bahwa tanaman kemiri telah dikenal sejak lama di Indonesia.Dalam skala dunia,
tanaman kemiri telah menyebar ke berbagai negara. Dimulai pada tahun 1905
kemiri jenis Aleuritus fordii dari Cina ditanam di Amerika Serikat. Penanaman
terebut dilakukan cukup intenif sehingga cepat berkembang, tahun 1915 telah
tercatat sebanyak 10.000 pohon, tahun 1929 meningkat menjadi 360.000 pohon, dan
tahun 1940 meningkat menjadi 12.000 pohon (Paimin, 1997).
2.4
Manfaat dan Kegunaan Kemiri
Kemiri (Aleurites moluccana Willd) merupakan suatu pohon serbaguna yang
sudah dibudidayakan secara luas di dunia. Jenis ini merupakan jenis asli
Indo-Malaysia dan sudah diintroduksikan ke Kepulauan Pasifik sejak zaman dahulu.
Di Indonesia, kemiri telah lama ditanam, baik untuk tujuan komersial maupun
subsistem untuk menunjang kehidupan masyarakat sehari-hari, terutama bagi
masyarakat Indonesia bagian timur. Jenis ini dapat digunakan untuk berbagai
tujuan, bijinya dapat digunakan sebagai bahan media penerangan, masakan dan
obat-obatan sedangkan kayunya dapat digunakan sebagai bahan kontruksi bangunan
(Krisnawati dkk, 2011).
III.
METODE PRAKTEK
3.1
Waktu dan Tempat
Praktikum
Mata Kuliah Ekonomi Sumberdaya Hutan ini, dilaksanakan pada hari Minggu, 01 Mei
2016 yang dimulai pukul 11:00 WITA sampai dengan selesai, yang bertempat di Desa
Sigimpu, Kecamatan Palolo, Palu, Provinsi Sulawesi Tengah.
3.2
Alat dan Bahan
Adapun alat dan
bahan yang digunakan dalam praktikum Ekonomi Sumber Daya Hutan adalah haga
meter, meteran roll, pita ukur, alat tulis-menulis, kompas, kamera, tally sheet
dan tali rafia.
3.3
Cara Kerja
Adapun cara kerja yang
dilakukan pada saat praktikum adalah sebagai berikut :
1.
Siapkan
alat dan bahan yang akan digunakan
2.
Mengukur
tali rafia spanjang 25 meter untuk membuat plot 25×25 meter dengan menggunakan
meteran roll dan kompas, yang ditandai dengan tali rafia.
3.
Mengukur
diameter pohon yang terdapat didalam plot menggunakan pita ukur.
4.
Mengukur
tinggi bebas cabang dan tinggi total pohon menggunakan hagameter.
5.
Mengukur
titik koordinat dari setiap pohon yang terdapat didalam plot menggunakan
meteran roll.
3.4
Analisis Data
Adapun analisis data
yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu :
1.
Volume
V = π . D2. h . fx
Keterangan :
V : Volume
pohon (m3)
Π : 3,14
D : Diameter
pohon (m)
H : Tinggi
pohon (m)
Fx : Faktor koreksi
2.
Nilai
Tegakan Berdiri
Si = (Pi ×
Vi) - Ci
Keterangan :
Si : Nilai
tegakan pohon (Rp/Ha)
Pi : Harga
kayu (Rp/m3)
Vi : Volume
produksi (m3/ Ha)
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
4.1.1 Tabel 1 Hasi Pengukuran Tegakan Kemiri Pada Sub Plot 1
No. Pohon
|
Jenis Pohon
|
KelilingBatang (cm)
|
Koordinat X
(Absis)
(m)
|
Koordinat Y
(Ordinat)
(m)
|
Tinggi
BatangBebas
Cabang (m)
|
Tinggi Total Pohon
(m)
|
Tinggi
Pangkal
|
Diameter tajuk 1
(m)
|
Diameter tajuk 2
(m)
|
Jarak (m)
|
1
|
Kemiri
|
52
|
9,85
|
3
|
1,40
|
160o
|
102o
|
6,43
|
7,1
|
6
|
2
|
Kemiri
|
42
|
16,10
|
9,85
|
1,5
|
150o
|
102o
|
5,3
|
5,8
|
6
|
3
|
Kemiri
|
40
|
22,90
|
6,7
|
0,77
|
158o
|
106o
|
1,3
|
5,2
|
5
|
4
|
Kemiri
|
75
|
24,6
|
16,15
|
0,45
|
158o
|
102o
|
5,9
|
5,3
|
6
|
5
|
kemiri
|
62
|
16,3
|
20,35
|
1,6
|
160o
|
106o
|
8
|
7,6
|
5
|
6
|
kemiri
|
66
|
2,2
|
20,3
|
1,4
|
159o
|
106o
|
6,7
|
6,30
|
5
|
4.1.2 Tabel 2 Hasi
Pengukuran Tegakan Kemiri Pada Sub Plot 9
No. Pohon
|
Jenis Pohon
|
KelilingBatang (cm)
|
Koordinat X
(Absis)
(m)
|
Koordinat Y
(Ordinat)
(m)
|
Tinggi
BatangBebas
Cabang (m)
|
Tinggi Total Pohon
(m)
|
Tinggi Pangkal
|
Diameter tajuk 1
(m)
|
Diameter tajuk 2
(m)
|
Jarak (m)
|
1
|
Kemiri
|
130
|
19
|
18,1
|
3,25
|
140o
|
95o
|
13,8
|
10,5
|
9
|
2
|
Kemiri
|
140
|
11,8
|
10,35
|
1,46
|
145o
|
95o
|
15,20
|
10
|
8
|
3
|
Kemiri
|
124
|
8
|
3,15
|
1,88
|
139o
|
95o
|
14,6
|
9
|
8
|
4
|
Kemiri
|
60
|
5
|
13,28
|
2,30
|
137o
|
102o
|
6
|
4,9
|
6
|
5
|
kemiri
|
45
|
3
|
21
|
1,82
|
110o
|
102o
|
4,7
|
5,5
|
6
|
6
|
kemiri
|
50
|
10,8
|
18,55
|
1,75
|
132o
|
106o
|
3,40
|
5,30
|
5
|
4.2
Pembahasan
4.2.1
Volume
Tinggi Batang Bebas Cabang Pohon Kemiri
1.
Pohon
kemiri (Alaurites moluccana) pada
plot 1
Pohon 1 :
V = x
=
=
= 0,023 m3
Pohon 2 :
V = x
=
=
= 0,016 m3
Pohon 3 :
V = x
=
=
= 0,007 m3
Pohon 4 :
V = x
= ×0,8
= ×0,8
= 0,015 m3
Pohon 5 :
V = x
=
=
= 0,038 m3
Pohon
6 :
V = x
=
=
= 0,038 m3
2.
Pohon
kemiri (Alaurites moluccana) pada
plot 9
Pohon 1 :
V = x
=
=
= 0,3490 m3
Pohon 2 :
V = x
=
=
= 0,1815 m3
Pohon 3 :
V = x
=
=
= 0,1829 m3
Pohon 4 :
V = x
=
=
= 0,0519 m3
Pohon 5 :
V = x
=
=
= 0,0228 m3
Pohon 6 :
V = x
=
=
= 0,2769 m3
4.2.2 Volume Tinggi Total Pohon
Kemiri
1.
Pohon
kemiri (Alaurites moluccana) pada
plot 1
Pohon 1 :
V = x
=
=
= 0,2665 m3
Pohon 2
:
V = x
=
=
= 0,0973 m3
Pohon 3 :
V = x
=
=
= 0,11 m3
Pohon 4 :
V = x
=
=
= 1,396 m3
Pohon 5 :
V = x
=
=
= 0,293 m3
Pohon 6 :
V = x
=
=
= 0,32 m3
2.
Pohon
kemiri (Alaurites moluccana) pada
plot 9
Pohon 1 :
V = x
=
=
= 1.067 m3
Pohon 2
:
V = x
=
=
= 1,333 m3
Pohon 3
:
V = x
=
=
= 0,827 m3
Pohon 4
:
V = x
=
=
= 0,166 m3
Pohon 5
:
V = x
=
=
= 0,011 m3
Pohon 6
:
V = x
=
=
= 0,485 m3
4.2.3
Nilai Ekonomi Tegakan Kemiri
Dari
hasil praktikum lapangan mengenai ekonomi sumber daya hutan (ESDH) adalah
sebagai berikut:
Data
yang di perlukan adalah:
- Volume
pohon keseluruhan jenis = 1. 9692 m3
- Harga
kayu bulat m3/jenis = Rp.300,000,00
- Biaya
Produksi = Rp 400,000,00
Dan
rumus untuk mencari stumpage value (Nilai Tegakan) yaitu:
Si
= ( Pi x Vi ) – Ci
= ( Harga kayu x Volume produksi ) –
Biaya produksi
= ( 300,000,00 x 1. 9692 ) - 400.000,00
= 590,760,00 – 400,000,00
= Rp.190,760,00
Kayu
kemiri dimanfaatkan untuk keperluan bahan bangunan dan dalam bentuk kayu
bantalan. Harga kayu bantalan di pinggir jalan yang dapat terjangkau mobil truk
Rp 300,000.
Sedangkan harga kayu berdiri per pohon bervariasi antara Rp 20.000 – Rp 60.000.
Harga kayu berdiri ditentukan oleh volumenya dan jaraknya dari jalan yang dapat
dijangkau kendaran. Untuk perhitungan nilai kayu kemiri digunakan daur 30 tahun
sesuai kebiasan masyarakat dalam melakukan regenerasi pohon kemirinya, luas
areal 1 hektar, harga rata - rata kayu per pohon berdiri (stumpage value)
sebesar Rp.190,760,00
dan jumlah pohon 216 pohon/ha Nilai
kayu kemiri ini sesungguhnya masih rendah, karena harga di tingkat petani masih
sangat rendah, hal ini disebabkan biaya penenan yang sangat tinggi. Untuk
menghasilkan 1 kayu bantalan dibutuhkan 2 pohon kayu kemiri.
Jadi harga kayu kemiri di tingkat petani hanya Rp 80.000/.
Kemudian sisanya adalah biaya, penebangan, pembuatan bantalan, pengangkutan ke
jalan yang dapat dilalui kendaran dan keuntungan pedagang lokal. Pedagang lokal
dapat memperoleh keuntungan rata – rata Rp 25.000/.
Seandainya biaya transpor ini dapat dikurangi maka petani dapat memperoleh
pendapatan yang lebih besar lagi dari usaha kayu kemiri (Saputra, 2007).
LAMPIRAN
LAMPIRAN
Gambar 1. Alat dan Bahan Gambar
2. Pembuatan Plot
Gambar 3.
Pengukuran Keliling Pohon Gambar
4. Pengukuran TBBC
Gambar 5. Pengukuran Tinggi Total Gambar
6. Pengukuran Tajuk
Pohon
Gambar
7. Pengukuran Jarak Pengukur Gambar
8. Penulisan Data
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil dan pembahasan pada halaman sebelumnya, kita dapat menarik kesimpulan
sebagai berikut :
1.
Potensi tegakan kemiri di desa Sigimpu, kecamatan Palolo masih sangat
rendah karena tegakan masih berumur muda dan memiliki pebedaan tinggi total dan
diameter yang nampak pada setiap plotnya.
2. Nilai ekonomi yang didapatkan dari jenis tegakan
kemiri adalah sebesar Rp 1.854.380 per Ha, dengan
harga kayu Rp 300.000 dan biaya produksi
sebesar Rp. 400.000. Dengan adanya perbedaan dari dua plot yang diukur
diketahui potensi tegakan yang rendah sehingga keuntungan yang didapatkan juga
relatif rendah
5.2
Saran
Adapun saran
yang dapat saya sampaikan adalah kita lebih dibimbing dan diberikan informasi
tentang bagaimana cara mengukur serta menghitung tegakan yang diamati agar praktikan dapat lebih mengerti dan memahami
dengan baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Asdar, M Dan M. Lempang. 2011. Karakteristik Anatomi,
Fisik Mekanik, Pengeringan dan Keterawetan Kayu Kemiri (Aleurites Moluccana
Willd.). Jurnal Perennial, 2(2) : 19-25
Krisnawati H. dkk., 2011.
Aleurites moluccana (L.) Willd. Ekologi, Silvikultur dan Produktivitas. CIFOR. Bogor
Martawijaya, A, I. Kartasujana, K. Kadir, dan S.A.
Prawira. 1981. Atlas Kayu Indonesia. Jilid I. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Kehutanan. Bogor.
Paimin, F. R. 1997. Kemiri Budidaya dan Prospek
Bisnis. Penebar Swadaya. Jakarta.
Saputra, M. H. 2007. Analisis pemasaran poduk agroforestri
kemiri di Kecamatan Camba, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan. IPB,
Bandung.
Sunanto, W. 1994. Budidaya Kemiri Komoditas Ekspor.
Penerbit Kanisius (Anggota IKAPI). Yogyakarta.
Komentar
Posting Komentar