LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM
STRUKTUR DAN SIFAT KAYU
Pengamatan Mikroskopis Kayu Kecapi
“Disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan
Mata Kuliah Struktur dan Sifat Kayu”
Oleh :
AHMAD FAUZY
L 131 14 061
JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2016
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Pengamatan Mikroskopis Kayu Kecapi
Nama Lengkap : ahmad fauzy
Stambuk : L 131 14 061
Kelompok : IV
Kelas : KHT A
Jurusan : Kehutanan
Fakultas : Kehutanan
Universitas : Tadulako
Palu, Mei 2016
Mengetahui,
Koordinator
Praktek
Muthmainnah, S.Hut., M.Si
NIP. 19810215 200710 2 001
|
Asisten Penanggung Jawab
Sitti Mandarsari Saiful Lami
L 131 13 065
|
Menyetujui,
Koordinator Dosen Penanggung
Jawab Praktek Struktu dan Sifat
Kayu
Abdul
Hapid, S.Hut., M.Sc
NIP. 19780820 200501 1 001
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas perkenaan, kasih dan
pertolongan-Nya, sehingga kami dapat menjejaki setiap praktik
khususnya praktik pada mata kuliah Struktur dan Sifat Kayu ini. Dan kami bersyukur
karena kami telah menyelesaikan laporan lengkap Struktur dan Sifat Kayu tepat pada waktu yang
telah ditentukan.
Sebagai
wujud terima kasih kami, tak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Struktur dan Sifat Kayu.
Serta
para asisten dosen yang telah banyak membantu membimbing kami, mulai dari
pelaksanaan praktikum sampai dengan selesainya penyusunan laporan ini. Tidak
lupa pula, ucapan terimakasih kami kepada teman-teman kelompok IV, yang sudah membantu
dalam pembuatan laporan ini.
Kami
menyadari bahwa laporan ini, tidak lepas dari kesalahan-kesalahan, apakah
kesalahan dalam hal penulisan maupun penyusunannya. Maka dari itu kami minta
maaf, dan mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari pembaca
sekalian, agar laporan ini menjadi lebih baik. Sekian dan terima kasih.
Palu, Mei 2016
penyusun
Halaman
|
HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR GAMBAR v
I.
PENDAHULUAN 1
1.1
Latar Belakang 1
1.2
Tujuan dan Kegunaan 3
II. TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1
Klasifikasi Pohon Kecapi 4
2.2
Sistematika Pohon Kecapi 4
2.3
Sifat Fisika Dan Mekanika Kayu Kecapi 5
2.4
Kegunaan Kayu Kecapi 9
III. METODE PRAKTEK 11
3.1 Waktu dan
Tempat 11
3.2 Alat dan Bahan 11
3.3 Cara Kerja 11
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 12
4.1. Hasil 12
4.2.Pembahasan 14
V. PENUTUP 17
5.1 Kesimpulan 17
5.2
Saran 17
DAFTAR PUSTAKA 18
DAFTAR GAMBAR
No. Teks Halaman
1.
Gambar 1 Pengamatan Penampang Aksial Kayu Kecapi 12
2.
Gambar 2 Pengamatan Penampang Tangensial Kayu Kecapi 13
3.
Gambar 3 Pengamatan Penampang Radial Kayu Kecapi 14
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kayu merupakan bahan mentah yang sangat tua.
beribu-ribu tahun yang lalu, ketika hutan lebat menutupi kawasan yang luas
dipermukaan bumi, orang-orang primitif menggunakan kayu untuk
bahan bakar dan
perkakas. Namun disisi
lain
kayu merupakan bahan dasar yang sangat moderen. Kubah-kubah
kayu yang besar
dan perabot- perabot kayu yang
indah membuktikan kegunaan dan keindahannya.
Bahkan dalam bentuk alih seperti kayu lapis, papan partikel,
pulp dan kertas, serat, film,
aditif dan banyak produk-produk
lain. Sehingga tidaklah
berlebihan jika dikatakan, bahwa
kayu adalah salah satu produk
alam yang sangat penting.( Dumanauw,
1999 )
Kurang lebih sepertiga luas permukaan lahan dunia
tertutup oleh hutan yang mengandung persediaan pertumbuhan total kayu sekitar
300.000 juta m3,
dari jumlah tersebut 2.600 juta m3 ditebang
setiap tahun dimana volume ini setara dengan
kira-kira 1.300 juta ton kayu
(Steinlin, 1979 dalam Fengel dan
Wegener, 1995). Selama abad ini konsumsi kayu dunia naik sangat tajam, dan
diramalkan hingga periode tahun 2000 kebutuhan kayu akan terus naik dengan
cepat. Perkiraan kebutuhan
kayu bulat total dunia dalam tahun 2000 sangat
bervariasi antara 3.800 dan 6.200 juta m3. Perkiraan
menunjukkan bahwa permintaan kayu bulat industri akan menjadi dua kali lipat, untuk kayu pulp hampir tiga kali
lipat selama 20 tahun terakhir dari abad ini. Penggunaan kayu bakar yang
relatif besar (
1.500 juta m3 pada tahun
1979) diperkirakan akan naik sedikit selama periode tersebut.
Angka- angka tersebut diimbangi oleh riap pertumbuhan tahunan 7.000 hingga
9.000 juta m3 (FAO,
1966 dalam Fengel dan
Wegener, 1995). Namun demikian,
dalam tahun 2000 diperkirakan akan terjadi penurunan yang tajam dalam cadangan
pertumbuhan sekitar 23
% dari luas
permukaan lahan bumi. Ini merupakan penurunan kayu rata-rata dunia 31 %,
di negara-negara berkembang penurunan rata-rata 40 % (Barney, 1980 dalam Fengel dan Wegener, 1995). Pada tahun 1995 produksi kayu
bulat Indonesia hanya sekitar 25 juta m3 sedangkan kebutuhan kayu bulat oleh
industri lebih dari 35 juta m3. Angka-angka
tersebut menunjukkan bahwa masih
cukup besar defisit
bahan baku kayu
untuk industri, sehingga
peningkatan produksi kayu bulat masih diperlukan. (Haygreen
dkk, 2003)
Untuk
mendukung peningkatan penyediaan
kayu, perlu diketahui sifat- sifat dasar kayu
dari jenis-jenis pohon yang
kurang dikenal atau belum banyak dimanfaatkan baik yang berasal dari hutan
alam, hutan rakyat, maupun jenis-jenis
pohon perkebunan yang selama ini
masih belum dimanfaatkan sekalipun
memiliki potensi cukup
untuk dapat dipungut dan digunakan sebagai suplemen didalam usaha
memenuhi kekurangan bahan baku industri.
(Krisnawati, 2011)
Indonesia memiliki potensi hutan yang tidak sedikit,
yaitu sekitar 4.000
jenis kayu. Dari data ini diperkirakan
lebih kurang 400
jenis yang terdapat dalam
jumlah yang besar dan diduga
akan memegang peranan penting dikemudian
hari. Di antara 400 jenis kayu
tersebut terdapat 258 jenis yang diketahui diperdagangkan, paling tidak secara lokal. Sementara sampai pada
tahun 1986 baru sekitar 95 jenis kayu yang telah diteliti sifat-sifat dasarnya secara lengkap
dan sifat-sifat dasar kayu lainnya baru sebagian yang telah diteliti (Mandang
dkk., 1987).
Mengingat hari depan, adalah tugas kewajiban kita
menggunakan kayu secara efektif dan ekonomis sehingga kayu akan tetap
menjadi sumber yang
penting. Pengetahuan tentang sifat-sifat kayu sekarang makin penting
dari pada sebelumnya.
Untuk memperoleh pengertian yang lebih baik tentang teknologi yang ada
dan pengembangan lebih lanjut dari
proses-proses baru, penelitian
dasar tentang sifat fisik dan mekanik kayu khususnya kayu kurang
dimanfaatkan masih penting dilakukan.
Ketepatan pemilihan dan penggunaan jenis kayu untuk sesuatu tujuan
pemakaian memerlukan pengetahuan tentang sifat- sifat dasar kayu yang
bersangkutan. Oleh karena kecocokan kayu untuk kegunaan akhir yang khusus
ditentukan oleh sejumlah faktor (sifat dasar kayu), diantaranya berat jenis,
kekuatan kayu dan stabilitas dimensi. Pengaruh kombinasi faktor ini menentukan
kualitas kayu, pentingnya masing-masing faktor
tergantung pada tujuan penggunaannya. Sebagai contoh pohon-pohon yang
membentuk kayu dengan berat jenis tinggi
akan paling bernilai bagi pengolah produk-produk kayu gergajian struktural. Di
pihak lain, jenis pohon-pohon yang menghasilkan
kayu dengan berat jenis rendah
atau sedang sering lebih disukai
sebagai bahan baku pembuatan
pulp dan kertas dari pada jenis
yang menghasilkan kayu
dengan berat jenis
yang lebih tinggi.
Untuk mengubah kayu
menjadi berbagai produk, sifat dasar kayu
ini penting sekali untuk dipahami
agar di dalam proses pengolahan,
pengangkutan, maupun penggunaannya dapat dilakukan secara saksama sehingga
tidak terjadi pengorbanan bahan, waktu, tenaga maupun
biaya yang siasia. (Martawijaya,
1977)
1.2
Tujuan dan
Kegunaan
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk
mengetahui penampang Aksial, Radial, dan Tangensial pada Kayu Kecapi.
Sedangkan Kegunaan dari Praktikum ini yaitu dapat
mengetahui dan memberikan informasi mengenai bentuk penampang Aksial, Radial
dan Tangensial pada Kayu Kecapi
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Klasifikasi
Pohon Kecapi
Kerajaan: Plantae;
Divisi: Magnoliophyta;
Kelas: Magnoliopsida;
Ordo: Sapindales;
Famili: Meliaceae;
Genus: Sandoricum;
Spesies: Sandoricum
koetjape.
2.2
Sistematika
Kayu Kecapi
Kecapi
adalah tumbuhan obat dari famili meliaceae yang
merupakan tumbuhan asli kawasan Asia Tenggara seperti Indonesia,
Malaysia, Kamboja, dan Laos Selatan. Nama lain tumbuhan kecapi di Indonesia adalah sentul, sentulu,
santu, ketuat (Panshin, 1964).
Masyarakat tradisional Malaysia menggunakan ekstrak kulit batang kecapi untuk
pemulihan tenaga setelah melahirkan dan tumbuhan kecapi menunjukkan aktivitas
sebagai anti angiogenik yang sangat penting dalam terapi kanker.
Pohon
ini ditanam terutama karena diharapkan buahnya, yang berasa manis atau agak
masam. Kulit buahnya yang berdaging tebal kerap dimakan dalam keadaan segar
atau dimasak lebih dulu, dijadikan manisan atau marmalade.Kayu kecapi bermutu
baik sebagai bahan konstruksi rumah, bahan perkakas atau kerajinan, mudah
dikerjakan dan mudah dipoles.
Berbagai
bagian pohon kecapi memiliki khasiat obat. Rebusan daunnya digunakan sebagai
penurun demam dan obat keputihan. Serbuk kulit batangnya untuk pengobatan
cacing gelang. Akarnya untuk obat kembung, perut dan diare dan untuk obat
batuk.Daun, batang dan akar tumbuhan kecapi mengandung saponin, flavonoida, dan
polifenol.(Sanusi, 1990)
2.3
Sifat
Fisika dan Mekanika Kayu Kecapi
2.3.1
Sifat
Fisika Kayu Kecapi
Kayu Kecapi
memiliki kayu gubal berwarna coklat kekuning-kuningan sedang kayu terasnya
berwarna coklar tua sampai hitam dengan garis-garis hitam yang tidak beraturan,
berserat lurus dan bertekstur agak halus, agak licin dan mengkilap. Kayu yang
diteliti memiliki kayu gubal yang lebar dengan proporsi kayu teras hanya
mencapai sekitar 33 %. Pengukuran
sifat fisik kayu
kecapi dilakukan baik pada
kondisi basah, kering udara, atupun kering tanur. Nilai
rata-rata hasil pengukuran sifat fisik
kayu sama-sama dapat dilihat
pada Tabel 1 berikut ini :
Tabel 1. Nilai Rata-Rata Sifat Fisis Kayu Kecapi
No.
|
Sifat
Fisik (Phsycal properties)
|
Satuan (Unit)
|
Rata-rata
(Mean)
|
1.
|
Kadar air basah
(Green moisture content)
Kadar air kering udara (Air dry moisture content)
Berat jenis nominal basah (Nominal green specific gravity)
Berat jenis kering udara (Air dry specific gravity)
Berat jenis kering tanur (Oven dry specific gravity)
Penyusutan basah ke kering udara (shrinkage from green to air dry)
Radial Tangensial
Penyusutan basah ke kering tanur (shrinkage from green to oven dry)
Radial Tangensial
|
%
|
113,844
|
2.
|
%
|
15,475
|
|
3.
|
-
|
0,561
|
|
4.
|
-
|
0,602
|
|
5.
|
-
|
0,641
|
|
6.
|
|
|
|
|
%
|
2,732
|
|
|
%
|
4,625
|
|
7.
|
|
|
|
|
%
|
2,513
|
|
|
%
|
3,402
|
Dari hasil pengukuran sifat fisik
seperti pada Tabel 1 di atas diketahui bahwa
kadar air basah kayu sama-sama rata-rata 113,844 %, sedangkan kadar air
kering udara rata-rata 15,475 %. Berat
jenis nominal basah kayu
rata-rata 0,561 sementara berat jenis kering udara rata-rata
0,602 dan berat jenis kering tanur rata-rata 0,641. Bila kita menggolongkan
nilai berat jenis kering udara kayu sama-sama
berdasarkan klasifikasi kayu menurut Dumanauw (1982), maka kayu tersebut termasuk kayu kelas agak berat (Bj antara 0,60 – 0,75). sementara
bila kayu sama-sama
diklasifikasikan berdasarkan
klasifikasi kelas kuat
kayu Indonesia oleh Den Berger
(1923) dalam Darwo
(1994), kayu sama-sama tergolong kayu kelas kuat II (BJ antara 0,60 – 0,90). Kayu sama-sama tergolong kayu agak
berat dengan penyusutan dari keadaan
basah ke kering udara rata-
rata 2,732 % (Radial) dan 4,625 % (Tangensial). Sementara
penyusutan dari keadaan
kering udara ke kering tanur rata-rata 2,513 % (Radial) dan 3,402 % (Tangensial) dan
ini menunjukkan bahwa kayu sama-sama tergolong penyusutan sangat
tinggi. Perbandingan penyusutan
tangensial dan radial (T/R) kayu sama-sama sebesar 1,62 menunjukkan bahwa kayu tersebut
memiliki kestabilan dimensi yang rendah.(Sjostrom, 1995)
Untuk mengetahui pengaruh posisi
ketinggian dalam batang terhadap nilai sifat
fisik kayu, dilakukan analisis keragaman terhadap nilai pengukuran yang
menunjukkan bahwa, posisi ketinggian dalam
batang berpengaruh sangat nyata
terhadap nilai kadar air basah, kadar air kering udara, berat jenis
nominal basah, berat jenis
kering udara, berat jenis kering
tanur, penyusutan basah ke kering
udara pada arah radial,
dan penyusutan basah ke kering tanur pada arah radial. Sementara
posisi ketinggian dalam batang
berpengaruh tidak nyata terhadap nialai
kadar air kering udara, penyusutan
basah ke kering udara pada arah radial,
penyusutan kering udara ke kering tanur pada
arah radial. Selanjutnya untuk
mengetahui pada posisi mana saja dalam batang nilai-nilai sifat fisik kayu
berbeda nyata, maka dilakukan uji beda nyata jujur (BNJ) terhadap nilai rata-
rata sifat fisik kayu yang berbeda nyata. Rekapitulasi hasil uji BNJ
pengaruh posisi ketinggian dalam batang
terhadap nilai sifat fisik kayu sama-sama disajikan dalam Tabel 2 berikut ini :
Tabel 2.
Rekapitulasi Hasil Uji BNJ Sifat Fisik Kayu Kecapi Pada Berbagai Ketinggian
Dalam Batang Kecapi
No.
|
Sifat
Fisik (Phsycal properties)
|
Satuan (Unit)
|
Ketinggian
dalam batng
(Level
position in trunk)
|
Pangkal Tengah Ujung
(Buttom) (Middle) (Top)
|
1.
|
Kadar air basah
(Green moisture content)
Kadar air kering udara (Air dry moisture content)
Berat jenis nominal basah (Nominal green specific gravity)
Berat jenis kering udara (Air dry specific gravity)
Berat jenis kering tanur (Oven dry specific gravity)
Penyusutan basah ke kering udara (shrinkage from green to air dry)
Radial Tangensial
Penyusutan basah ke kering tanur
(shrinkage from green to oven dry)
Radial Tangensial
|
%
|
102,668
|
114,638
|
124,227
|
2.
|
%
|
15,222
|
15,385
|
15,819
|
|
3.
|
-
|
0,590
|
0,565
|
0,528
|
|
4.
|
-
|
0,631
|
0,608
|
0,567
|
|
5.
|
-
|
0,672
|
0,647
|
0,606
|
|
6.
|
|
|
|
|
|
|
%
|
2,838
|
2,790
|
2,570
|
|
|
%
|
5,109
|
4,718
|
4,049
|
|
7.
|
|
|
|
|
|
|
%
|
2,642
|
2,577
|
2,320
|
|
|
%
|
3,716
|
3,404
|
3,086
|
Keterangan:
Nilai-nilai dalam kolom yang dihubungkan oleh garis bawah berbeda tidak nyata
Pengujian sifat mekanik kayu kecapi yang dilakukan
pada kayu dalam
kondisi kering udara diperoleh data nilai rata-rata hasil pengujian
seperti disajikan pada Tabel 3 berikut
ini :
Tabel 3. Nilai Rata-Rata Sifat Mekanik Kayu Kecapi
No.
|
Sifat
mekanik (Mechanical properties)
|
Satuan (Unit)
|
Rata-rata
(Mean)
|
1.
|
Keteguhan lentur statik
|
|
|
|
(Static bending strength)
Tegangan serat pada batas proporsi (Fiber stess at proportional limit)
Keteguhan
lentur pada batas patah (Ultimate
bending strength)
Keteguhan tarik sejajar serat (Tension parallel to the grain)
Keteguhan tekan sejajar serat (Compression parallel to the grain)
Keteguhan tekan tegak lurus serat
(Share perpendicular to the grain)
Keteguhan geser sejajar serat (Shear parallel to the grain)
Keteguhan pukul
(Impact bending
strength)
|
kg/cm2
|
483,996
|
|
kg/cm2
|
551,985
|
|
2.
|
kg/cm2
|
408,849
|
|
3.
|
kg/cm2
|
230,132
|
|
4.
|
kg/cm2
|
127,113
|
|
5.
|
kg/cm2
|
64,396
|
|
6.
|
kgm/cm2
|
7,670
|
Dari Tabel 3
di atas dapat dijelaskan bahwa, nilai rata-rata keteguhan lentur pada batas proporsi
kayu sama’-sama’ 483,996 kg/Cm2 , keteguhan
lentur pada batas patah 551,985 kg/Cm2, keteguhan
tarik sejajar serat 408,849 kg/Cm2, keteguhan
geser rata-rata 85,06 kg/Cm2,
keteguhan tekan sejajar serat
230,132 kg/Cm2,
keteguhan tekan tegak lurus serat 127,113 kg/Cm2 , keteguhan geser 64,396
kg/Cm2 dan
keteguhan pukul rata-rata 7,670
kgm/Cm2. Pada umumnya klasifikasi kekuatan kayu di
Indonesia didasarkan pada
keteguhan lentur pada batas patah dan keteguhan tekan sejajar serat. Sifat-sifat
mekanik lainnya juga penting
diketahui dalam hubungannya
dengan pengolahan dan pemanfaatan
kayu untuk keperluan
tertentu. Berdasarkan nilai keteguhan lentur pada batas patah
(551,985 kg/Cm2) dan keteguhan tekan sejajar serat (230,132 kg/Cm2 ), kayu sama’-sama’ tergolong kelas
kuat IV - III.
(Sonardi, 1974)
Untuk
mengetahui pengaruh posisi ketinggian dalam batang terhadap nilai sifat mekanik
kayu sama’-sama’, dilakukan analisis keragaman
terhadap nilai pengujian
sifat mekanik. Hasil
analisis keragaman menunjukkan
bahwa posisi ketinggian
dalam batang berpengaruh sangat nyata
terhadap nilai semua sifat mekanik
kayu yang diuji, kecuali terhadap nilai
keteguhan tekan sejajar serat. Selanjutnya untuk mengetahui pada posisi mana
saja dalam batang nilai-nilai sifat mekanik kayu
tersebut berbeda nyata, maka dilakukan uji beda nyata jujur
(BNJ) terhadap nilai rata-rata
sifat mekanik kayu yang berbeda nyata. Rekapitulasi hasil
uji BNJ pengaruh posisi ketinggian dalam batang terhadap nilai
sifat mekanik kayu sama’-sama’ disajikan dalam Tabel 4 berikut ini :
Tabel 4.
Rekapitulasi hasil uji BNJ pengaruh posisi ketinggian dalam batang terhadap nilai
sifat mekanik kayu Kecapi
No.
|
Sifat
Mekanik (Mechanical properties)
|
Satuan (Unit)
|
Ketinggian
dalam batang (Level position in trunk)
|
||
Pangkal (Buttom)
|
Tengah Ujung
(Midle) (Top)
|
||||
1.
|
Keteguhan lentur statik (Static bending strength)
Tegangan
serat pada batas proporsi (Fiber stess
at proportional limit) Keteguhan lentur pada batas patah (Ultimate bending strength)
Keteguhan tarik sejajar serat (Tension parallel to the grain)
Keteguhan tekan sejajar serat (Compression
parallel to the grain)
Keteguhan tekan tegak lurus serat
(Compression perpendicular to the grain)
Keteguhan geser sejajar serat (Shear parallel to the grain)
Keteguhan pukul
(Impact
bending strength)
|
|
|
|
|
|
kg/cm2
|
530,952
|
488,065
|
432,972
|
|
|
kg/cm2
|
603,447
|
564,053
|
488,457
|
|
2.
|
kg/cm2
|
467,467
|
408,555
|
350,527
|
|
3.
|
kg/cm2
|
251,321
|
226,950
|
212,127
|
|
4.
|
kg/cm2
|
142,261
|
128,638
|
110,440
|
|
5.
|
kg/cm2
|
81,830
|
61,343
|
50,017
|
|
6.
|
kgm/c
|
8,670
|
7,410
|
6,930
|
|
|
m2
|
|
|
Keterangan :
Nilai-nilai dalam kolom yang dihubungkan oleh garis bawah berbeda tidak nyata
2.4
Kegunaan
Kayu Kecapi
Buah kecapi
biasanya dimakan dalam keadaan segar, atau diolah menjadi manisan, 'chutney',
selai, jeli 'marmelade', juga diawetkan atau digunakan dalam hidangan-hidangan
sebagai pengharum alami. Baik kulit buah maupun daging buah (yang mungkin
melekat pada biji atau terlepas) dapat dimakan. Buah kecapi beraneka macam, ada
yang kulit buah atau daging buahnya lebih tebal dan rasanya lebih enak.
Pohonnya merupakan tanaman peneduh yang istimewa dan mempunyai nilai seni yang
tinggi. Kayunya digunakan untuk konstruksi bangunan, kerajinan kayu, dan untuk
membuat perabotan rumah tangga serta peralatan lainnya. Daun segar jika
digosokkan pada kulit yang bermanfaat sebagai peluruh keringat, dan rebusannya
digunakan untuk obat demam. Serbuk kulit batangnya sangat mujarab untuk
pengobatan cacing gelang. Akarnya mempunyai khasiat antidiare, untuk meredakan
kekejangan, mengeluarkan angin dari perut, obat sakit perut, dan merupakan
resep dokter sebagai obat umum penguat badan untuk wanita sehabis melahirkan.(Siarudin,
2007)
III.
METODE
PRAKTEK
3.1
Waktu
dan Tempat
Praktikum
Struktur dan sifat kayu dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 27 April 2016 pada
pukul 11.30 WITA sampai selesai, dan bertempat di Laboratorium Ilmu - Ilmu
Kehutanan Fakultas Kehutanan
Universitas Tadulako Palu.
3.2
Bahan
dan Alat
Adapun bahan
yang di gunakan pada waktu praktikum yaitu preparat kayu kecapi. Sedangkan alat
yang di gunakan pada saat praktikum yaitu alat tulis menulis, kamera, komputer
dan mikroskop Elektrik.
3.3
Cara
Kerja
Adapun cara kerja dari
praktikum yang telah dilaksanakan yaitu :
1. Sebelum
praktikum dilaksanakan kita terlebih dahulu membaca modul atau materi yang
telah di berikan sebelumnya.
2. Setelah
itu, kita menyiapkan seluruh alat dan bahan yang akan di gunakan selama
praktikum
3. Kemudian,
setelah alat dan bahan telah siap,maka Asisten Dosen terlebih dahulu
menjelaskan tentang metode dari praktikum yang akan di laksanakan.
4. Setelah
itu, kemudian Asisten Dosen Membawah kita kedalam ruangan Mikroskop untuk
mengamati dari pada Preparat kayu kecapi
5. Setelah
itu, kami mengamati penampang kayu kecapi pada layar monitor komputer yang
sebelumnya telah terhubung dengan mikroskop.
6. Kemudian
selanjutnya yaitu mengambil gambar dari pada penampang kayu kecapi.
IV.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
4.1.1
Penampang
Aksial
A
B
C
|
Keterangan
:
1. Pembuluh
atau pori tergolong kayu berpori tata baur
2. Susunan
pembuluh tergolong pembuluh dalam pola diagonal atau radial
3. Pengelompokkan
pembuluh tergolong pembuluh seluruhnya soliter (90% atau lebih)
4. Bentuk
pembuluh soliter tergolong pembuluh soliter bulat atau memanjang
4.1.2
Penampang
Tangensial
A
B
C
D
|
Keterangan :
1. Parenkim
tergolong dari parenkim aksial paratrakea
2. Tipe
sel parenki aksial dan panjang untai tergolong dua sel dan empat (3-4) sel per
untai parenkim
4.1.3
Penampang
Radial
A
B
C
D
|
Keterangan :
1. Lebar
jari-jari tergolong jari-jari besar yang biasanya 1-3 sel
2. Komposisi
sel yaitu sel tubuh jari-jari baring dengan 2-4 baris sel tegak atau bujur
sangkar marjinal
4.2
Pembahasan
Pada pengamatan penampang Aksial Kayu
Kecapi memiliki Kayu berpori tata baur dimana kayu yang pembuluh yang
diameternya kurang lebih saa di seluruh lingkar tumbuh. Misalnya pada Acer spp. (Araceae), Rhododendron wadanun (Ericaceae), Cercidiphyllum japonicum
(Cercidiphyllaceae), Switenia spp
(Meliaceae), Enterolobium spp
(Mimosaceae), kelompok ini hampir mencakup seluruh enis kayu dari daerah tropis
dan juga umumnya kayu dari daerah sub-tropis.
Selain itu, Kayu Kecapi juga memiliki
Pembuluh tersusun sebagai pembuluh dalam pola diagonal dan atau radial dimana
pembuluh tersusun radial dan antara tangensial dan radial. Misalnya pada Lithocarpus edulis (Fagaceae), Calophyllum brasiliense, C papuanum, Masua
ferrea (Guttiferae), Eucalyptus
diversicolor, E. Obliqua (Myrtaceae), Amyris
sylvatica (Rutaceae), Chloroluma
gonocarpa (Sapotaceae), istilah diagonal sinoni dengan eselon.
Sedangkan untuk pengelompokan pembuluh,
Kayu Kecapi memiliki Pembuluh hampir seluruhya soliter dimana 90% atau lebih
dari pembuluh secara keseluruhan dikelilingi oleh jaringan lain, yakni 90% atau
lebih tidak berhubungan dengan pembuluh lain, seperti tampak pada lintang,
misal Aspidospema quebracho
(Apocynaceae), Caraipa spp.
(Bonnetiaceae), Eucaliptus regnans (Myrtaceae),
Malus sylvestris (Rosaceae), Schima wallichii (Theaceae).
Dan
bentuk pembuluh pada penampang aksial Kayu Kecapi memiliki bentuk Pembuluh
soliter bersegi dimana Bentuk garis luar pembuluh soliter bersegi bila diamati
pada bidang lintang, misalnya Aetoxicon
punctatum (Aextoxicaceae), Cercidiphyllum
japonicum (Cercidiphyllaceae), pembuluh pada kayu akhir pada jenis ‘oak’
putih (misalya Querqus alba, Q. robur
--Fagaceaea), stemonurus luzoniiensis
(Icacinaceae), Hortonia spp. dan Mollinia spp. (Monimiaceae).
Pada Pengamatan Penampang Tangensial
Kayu Kecapi parenkim tergolong dari parenkim aksial paratrakea yaitu parenkim
tangensial yang berhubungan dengan pembuluh atau trakea vascular. Tipe dari
paratrakea adalah paratrakea jarang, vasisentrik (selembung lengkap), aliform
(sub-tipe : aliform terbuka, aliform bentk sayap), klonfluen (aliform
bersambung) dan paratrakea sepihak. Kayu kecapi termasuk pada tipe parenkim
tangensial vasisentrik yaitu sel-sel parenkim mengelilingi pembuluh soliter
atau pembuluh ganda secara lengkap atau samapai berbentuk oval.
Kemudian pada tipe sel parenkim
tangensial pada kayu kecapi memiliki Empat (3-4) sel per untai parenkim,
misalnya Terminalia spp. (Combretaceae), Ligstrm spp., Syringa spp. (
Oleaceae), Nesogordoniam spp. (Sterculiaceae).
Dari
pengamatan penampang Radial bahwa kayu kecapi termasuk dalam jari-jari besar
yang biasanya 1-3 sel. Misalnya pada Aucoumea
klaineana (Burseraceae), Dialium
guianense (Caesalpiniaceae), Alseodaphne
costalis (Lauraceae), Albizia
(Samanea) saman (Mimosaceae), Malus communis ( Rosaceae)
Selain itu, Kayu Kecapi
juga untuk Jari-jari Komposisi sel termasuk dalam Badan jari-jari berupa
sel-sel baring dengan umumnya punya 2-4 baris sel marjinal yanng berupa sel
tegak dan/atau persegi. Komposisi sel juga ini dapat di temukan pada Liquidambar styraciflua (Hamamelidaceae),
Carapa guianensis (Meliaceae), Treculia africana (Moraceae), Alseis peruviana (Rubiaceae), Euchapis spp (Staphyleaceae)
V.
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari
praktikum yang telah dilakukan yaitu :
1. Pada
pengamatan penampang Aksial Pembuluh atau pori tergolong kayu berpori tata baur,
Susunan pembuluh tergolong pembuluh dalam pola diagonal atau radial, Pengelompokkan
pembuluh tergolong pembuluh seluruhnya soliter (90% atau lebih), Bentuk
pembuluh soliter tergolong pembuluh soliter bulat atau memanjang.
2.
Pada Pengamatan
Penampang Tangensial Parenkim tergolong dari parenkim aksial paratrakea, Tipe
sel parenki aksial dan panjang untai tergolong dua sel dan empat (3-4) sel per
untai parenkim
3. Dari
pengamatan penampang Radial Lebar jari-jari tergolong jari-jari besar yang
biasanya 1-3 sel, Komposisi sel yaitu sel tubuh jari-jari baring dengan 2-4
baris sel tegak atau bujur sangkar marjinal
5.2
Saran
Adapun saran dari
praktikum ini yaitu, bahan dan alat yang di perlukan selama praktek lebih di
perbanyak lagi,agar setiap mahasiswa mampu mengamati dengan baik setiap bagian
dari yang di praktekkan. Selain itu, modul atau materi lebih di perbanyak
lagi,agar dapat menunjang dalam kelacaran praktikum dan penyelesaian laporan
nantinya.
DAFTAR PUSTAKA
Dumanauw, J.F., 1999. Mengenal Kayu. Pika, Semarang.
Haygreen JG, Bowyer JL. 2003. Hasil Hutan dan Ilmu
Kayu Suatu Pengantar,
Terjemahan. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Diakses
pada hari senin, pukul 14.00 WITA
Krisnawati H, Kallio M, dan Kanninen
M. 2011. Anthocephalus cadamba
Miq : Ekologi,
Silvikultur dan Produktivitas. Bogor :
Center for International
Forestry Research.
Mandang Y. I. dkk., 1987.
Pemanfaatan Jenis Kayu
Kurang Dikenal. Prosiding
Diskusi Pemanfaatan Kayu
kurang Dikenal. Badan
Penelitian dan pengembangan Kehutanan,
Bogor.
Martawijaya, 1977 dalam Yudiarti, 2001. Pedoman Identifikasi Jenis Kayu di
Lapangan. Yayasan Porsea. Bogor .
Pandit dan Ramdan, H. 2005, Anatomi Kayu : Pengantar
Sifat Kayu sebagai
Bahan Baku, Tarsito, Bandung
Pandit IKN dan Ramdan H. 2002. Anatomi Kayu :
Pengantar Sifat Kayu sebagai
Bahan Baku. Bogor : Yayasan Penerbit
Fakultas Kehutanan, Institut
Pertanian Bogor.
Panshin AJ dan De Zeeuw C. 1964. Textbook of Wood
Technology 4th Ed. New York :
McGraw Hill.
Sanusi, Djamal. 1990. Teknologi
Kayu , Fakultas Kehutanan Universitas
Hasanuddin ; Makasar
Siarudin M dan Marsoem SN. 2007. Karakteristik dan
Varisasi Sifat Fisik Kayu Gajah
Mada Universitas Press ; Jogyakarta.
Sjostrom. E. 1995. Kimia
Kayu, Fakultas Kehhutanan Universitas Hasanuddin ; Makasar
Sonardi, B. 1974. Ilmu Kayu. Yayasan
Pembinaan Pertanian dan Kehutanan,
UGM ; Jogyakarta
Komentar
Posting Komentar