laporan ilmu ukur hasil hutan
LAPORAN
PRAKTIKUM
ILMU
UKUR HASIL HUTAN
”Laporan ini Di Susun Sebagai Salah Satu Syarat
Dalam
Menyelesaikan Mata Kuliah Ilmu Ukur Hasil Hutan”
Oleh
:
Kelompok I
KHT A
AHMAD FAUZY
L
131 14 061
JURUSAN
KEHUTANAN
FAKULTAS
KEHUTANAN
UNIVERSITAS
TADULAKO
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengukuran merupakan hal yang paling penting
dilakukan, karena dapat mengetahui atau menduga potensi suatu tegakan ataupun
suatu komunitas tertentu. Dalam memperoleh data pengukuran, jenis dan cara
penggunaan alat merupakan faktor penentu utama yangmempengaruhi keotentikan
data yang diperoleh. Semakin bagus alat yang dipergunakan maka semakin baik
pula hasil pengukuran yang akan didapat. Demikian pula halnya dengan kemampuan
pengamat dalam pengukuran, semakin baik dalam penggunaan suatu alat maka
semakin baik pula data yang dikumpulkan.
Volume
merupakan salah satu parameter yang paling penting dalam inventore secara
obyektif. Sayangnya terlalu banyak dokumen inventore dimana itu tidak
ditetapkan secara jelas beberapa diameter setinggi dada minimum, beberapa
bagian dari pohon yang diperhitungkan, apakah volume dengan kulit atau tanpa
kulit, apakah volume bruto atau tidak memasukkan bagian-bagian yang cacat, yang
kriteriannya adalah untuk tidak menyertakan bagian-bagian yang cacat.
Untuk
mendapatkan gambaran tentang karakteristik dan potensi tegakan pohon Gamelina Arborea atau jati putih yang
berada di fakultas kehutanan uiversitas tadulako sebagai penentu volume pohon,
dalam laporan praktikum ilmu ukur hasil hutan ini akan diuraikan beberapa macam
dimensi pohon yang meliputi diameter batang, tinggi pohon, dan volume suatu pohon.
1.2
Tujuan peraktek
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu,
sebagai berikut :
1.
Untuk
mengetahui cara pengukuran diameter dan tinggi menggunakan alat haga meter dan
clino yang baik dan benar.
2.
Untuk
mengetahui cara menghitung diameter, tinggi total dan volume suatu pohon.
BAB II
TINJAUAN PUSTA KA
Pengukuran diameter pohon dengan menggunakan
beberapa alat yang berbeda akan menghasilkan data yang berbeda pula. Dengan
demikian, perbedaan relatif dari keakuratan data yang diperoleh diantara alat
yang berbeda akan terlihat. Sehingga dapat diketahui pula kelebihan dan
kelemahan suatu alat tertentu. Pohon sendiri adalah tumbuhan cukup tinggi
dengan masa hidup bertahun-tahun. Jadi, tentu berbeda dengan sayur-sayuran atau
padi-padian yang hidup semusim saja.
Menurut Gmelina arborea ( Roxb) di
klasifikasi sebagai berikut :
Kingdom : Plantae ( Tumbuhan )
Divisi : Magnoliophyta ( Tumbuhan berbunga )
Class : Manoliopsida ( Berkeping dua )
Ordo : Lamiales
Famili : Verbenaceae
Genus : Gmelina
Species : Gmelina arborea Roxb
Penyebaran dan Habitat Gmelina
Tanaman Gmelina berasal dari Negara Asia Tenggara, di
Negara lain di kenal dengan nama Gamar Bangladesh, Myanmar banyak di tanam
sebagai tanaman pelindung, sebagian di manfaatkan sebagai tanaman komersil
Morfologi Gmelina
Pohon dengan ukuran sedang, tinggi dapat mencapai lebih (30-40) m, batang
silindris, diameter rata-rata 50 cm kadang-kadang mencapai 140 cm. Kulit halus
atau bersisik, warna coklat muda sampai abu-abu. Ranting halus licin atau
berbulu halus. Bunga kuning terang, mengelompok dalam tandan besar (30-350
bunga per tandan). Daun bersilang, bergerigi atau bercuping, berbentuk jantung,
ukuran 10-25 cm x 5-18 cm. Bunga sempurna, panjang mencapai lebih 25 mm,
berbentuk tabung dengan 5 helai mahkota. Bunga mekar pada malam hari. Penyerbukan umumnya
dilakukan lebah. (Lauredsen 1986 ).
Syarat Tumbuh
Gmelina mulai dari dataran
rendah sampai dengan dataran tinggi (0- 1.000 m dpl) dengan curah hujan 1.000
mm per tahun di mana jumlah bulan maksimum 6-7 bulan per tahun, untuk mendapat
pertumbuhan yang optimal berada pada ketinggian 0- 800 m dpl dengan curah hujan
878 s/d 2826 mm dengan
musim kering 2- 4 bulan, suhu udara yang di kehendaki berkisar 210 C – 280 C
suhu maksimum dan maksimum dan minimumnya berkisar antara 240 C – 350 C dan 18 C – 26 C. Pada tanah subur,
drainase baik dengan Ph 4
s/d 7 saluran tanah dalam dan lembab.
Volume
pohon adalah ukuran tiga dimensi, yang tergantung dari lbds (atau diameter
pangkal), tinggi atau panjang batang, dan faktor bentuk batang. Cara penentuan
volume batang dibedakan antara cara langsung dan cara tidak langsung
(Anonim,1998).
Cara
penentuan volume yang cermat bagi batang pohon yang memiliki bentuk yang tidak
teratur adalah dengan menggunakan alat Xylometer, yaitu dengan cara memasukan
batang pohon ke dalam bak air dan menghitung kenaikan permukaan air yang
kemudian dihitung volumenya. Cara ini tentu saja tidak dapat dipakai untuk
mengukur volume pohon yang masih berdiri. Satu-satunya cara untuk mengetahui
volume pohon yang masih berdiri adalah dengan menggunakan rumus penaksiran (Husch, B. 1987)
Penaksiran
volume pohon yang masih berdiri dapat dipisahkan menjadi 4 cara yaitu : (Husch, B. 1987)
• Penaksiran secara okuler
• Penaksiran volume dengan persamaan dan tabel volume
• Penaksiran volume dengan mengukur diameter batang
pada berbagai ketinggian
• Penaksiran volume dengan model pohon
Penentuan
volume cara tidak langsung, dilakukan dengan metode grafis atau dengan
menggunakan persamaan volume.Penentuan volume metode grafis pada dasarnya
adalah dengan cara memplotkan pasangan data diameter atau lbds dan tinggi atau
panjang masing-masing pada sumbu absis dan sumbu ordinat dari diagram
cartesius, sehingga dapat dibuat garis yang menghubungkan titik-titik koordinat
yang berurutan membentuk sebuah kurva yang menggambarkan pola bentuk batang.
Kemudian dihitung luas daerah dibawah kurva di atas sumbu absis. Volume batang
adalah luas daerah dikalikan dengan sebuah konstanta yang besarnya tergantung
faktor skala dan pengaruh satuan absis maupun ordinat (Simon, H. 1987).
Bentuk
geometris yang paling mendekati bentuk pohon adalah silinder. Sehingga
rumus-rumus penentuan volume batang pada umumnya mengacu kepada rumus volume
silinder dengan berbagai macam penyesuaian. Rumus volume silinder adalah : V =
BH ; di mana : B = lbds ; H = tinggi atau panjang. Untuk pohon di mana nilai
diameternya bervariasi dari pangkal hingga ke ujung batang, maka
permasalahannya adalah menentukan diameter mana yang akan digunakan untuk
menghitung lbds-nya. Rumus volume silinder terkoreksi menghitung volume dengan
menggunakan dbh atau diameter pangkal untuk menghitung lbds-nya, kemudian nilai
volume yang diperoleh dikalikan lagi dengan sebuah faktor koreksi yang
merupakan faktor bentuk batang (f), sehingga V = BHf (Simon, H. 1987).
Beberapa
rumus empiris yang banyak dikenal, menentukan volume dengan menggunakan rumus
umum volume silinder : V = BH tetapi dengan penyesuaian terhadap diameter yang
digunakan untuk menghitung lbds-nya, misalnya rumus Brereton mengggunakan
diameter yang merupakan rata-rata diameter pangkal dan ujung untuk menghitung
lbds-nya ; rumus Smalian menggunakan lbds yang merupakan rata-rata lbds pangkal
dan ujung ; rumus Huber menggunakan diameter tengah untuk menghitung lbds-nya ;
sedangkan rumus Newton menggunakan lbds yang merupakan rata-rata lbds pangkal,
tengah dan ujung di mana lbds tengah diberi bobot empat kali lbds lainnya ; dan
lain-lain. Wiant, Wood dan Furnival (1992) menyatakan bahwa rumus Newton sudah
sejak lama diakui sebagai rumus paling akurat untuk pendugaan volume log,
dibanding rumus-rumus empiris lainnya. Rumus Newton dapat digunakan baik untuk
bentuk silinder, paraboloid, konoid maupun neiloid (Simon, H. 2007).
Cara
penentuan volume pohon yang paling praktis adalah dengan menggunakan tabel
volume pohon. Tabel volume pohon adalah suatu tabel yang berisi nilai-nilai
dugaan volume pohon pada ukuran diameter atau diameter dan tinggi pohon
tertentu. Berdasarkan peubah penduga yang digunakan, tabel volume pohon
dibedakan menjadi : tabel volume lokal, tabel volume baku dan tabel volume
dengan kelas bentuk. Tabel volume lokal atau dikenal juga dengan istilah tariff
volume adalah tabel volume dengan menggunakan dbh sebagai penduganya. Tabel
volume baku adalah tabel volume dengan menggunakan dbh dan tinggi pohon sebagai
peubah penduganya. Tabel volume dengan kelas bentuk adalah semacam tabel volume
baku yang dibuat untuk setiap kelas bentuk batang.
BAB III
METODE PRAKTEK
3.1
Waktu dan Tempat
Praktikum ilmu ukur hasil hutan mengenai pengukuran dan perhitungan diameter, tinggi
total dan volume suatu pohon dilaksanakan pada hari minggu, 4 Desember 2016, di mulai pada pukul 08.00 WITA, yang bertempat di Areal Jurusan
Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Tadulako, Palu.
3.2
Alat dan Bahan
Alat
dan bahan yang digunakan yaitu Hagameter / Clinometer,
Pita Ukur, Meteran Roll, Alat Tulis, Tally Sheet, Kamera, dan Objek yang diukur
3.3 Cara Kerja
Adapun
cara kerja pada praktikum ini yaitu, sebagai berikut :
1.
Menyiapkan seluruh alat dan bahan
yang akan digunakan.
2.
Menentukan pohon yang akan
dijadikan objek pengukuran.
3.
Mengukur diameter menggunakan pita
ukur.
4.
Mengukur jarak pohon dengan pengamat
menggunakan meteran roll.
5.
Mengukur Helling atas dan Helling
bawah pohon dengan menggunakan Hagameter atau Clinometer.
3.3
Analisi Data
Analisis data yang digunakan pada praktikum ini yaitu :
1.
Menghitung Diameter Pohon
D = K / π
Keterangan :
a.
D = Diameter
b.
K = Keliling
c.
π = 3,14
2.
Menghitung Tinggi Pohon
T =
S ( Tan α – 90 ͦ + Tan β – 90
ͦ )
Keterangan
:
a.
T = Tinggi
b.
S = Jarak
c.
Tan α = Helling Atas
d.
Tan β = Helling Bawah
3.
Menghitung Volume pohon
V =
1/4.π.D2.t.fx
Keterangan
:
a.
V = Volume Pohon (m3)
b.
Π = 3,14
c.
D = Diameter pohon (m)
d.
T = Tinggi Pohon (m)
e.
Fx = Faktor Koreksi
BABA IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Adapun
hasil dari praktikum ini yaitu, sebagai berikut :
Table
1. Tally Sheet Pengamatan
No
|
Nama
pohon
|
Kondisi
Lapangan
|
Keadaan
Pohon
|
Keliling
(Cm)
|
Tinggi
|
||
Helling
Atas (% / ͦ)
|
Helling
Bawah (% / ͦ)
|
Jarak
(S)
|
|||||
1.
|
Jati
|
Datar
|
Miring
|
84
|
130 0
|
80 0
|
10
|
2.
|
Jati
|
Datar
|
Miring
|
81
|
130 0
|
85 0
|
13
|
3.
|
Jati
|
Datar
|
Tegak
|
87
|
130 0
|
85 0
|
9
|
4.
|
Jati
|
Datar
|
Tegak
|
100
|
130 0
|
80 0
|
11
|
5.
|
Jati
|
Datar
|
Tegak
|
89,2
|
135 0
|
80 0
|
12,5
|
6.
|
Jati
|
Datar
|
Tegak
|
68
|
135 0
|
85 0
|
10
|
7.
|
Jati
|
Datar
|
Tegak
|
78,5
|
135 0
|
85 0
|
11
|
4.2 Pembahasan
4.2.1.1 Perhitungan Diameter, Tinggi
dan Volume pohon 1
a.
Diameter
D =
=
= 26,75
cm = 0,2675 m
b.
Tinggi
T = S {(tan
α -90 0) + (tan β - 90 0)}
T = 10 x {(tan 130 0 -
90 0) + (tan 80 0 - 90 0)}
T = 10
x {(tan 40 0) + (tan - 10 0)}
T = 10 x {(0,83) + (0,17)}
T = 10 (1)
T = 10 m
c.
Volume
V =
x
3,14 x d2 x T x fx
V =
x
3,14 x (0,2675) 2 x 10 x 0,8
V =
x
3,14 x 0,071556 x 10 x 0,8
V = 0,4494 m3
4.2.2
Perhitungan Diameter, Tinggi dan Volume pohon 2
a.
Diameter
D =
=
= 25,79
cm = 0,2579 m
b.
Tinggi
T
= S {(tan α -90 0) + (tan β - 90 0)}
T
= 13 x {(tan 130 0 - 90 0) + (tan 85 0 -
90 0)}
T
= 13 x {(tan 40 0) + (tan - 5 0)}
T
= 13 x {(0,83) + (0,08)}
T
= 13 (0,91)
T
= 11,83 m
c.
Volume
V =
x
3,14 x d2 x T x fx
V =
x
3,14 x (0,2579) 2 x 11,83 x 0,8
V =
x
3,14 x 0,066512 x 11,83 x 0,8
V = 0,4941 m3
4.2.3
Perhitungan Diameter, Tinggi dan Volume pohon 3
a.
Diameter
D =
=
=
27,70 cm = 0,2770 m
b.
Tinggi
T
= S {(tan α -90 0) + (tan β - 90 0)}
T
= 9 x {(tan 130 0 - 90 0) + (tan 85 0 -
90 0)}
T
= 9 x {(tan 40 0) + (tan - 5 0)}
T
= 9 x {(0,83) + (0,08)}
T
= 9 (0,91)
T
= 8,19 m
c.
Volume
V =
x
3,14 x d2 x T x fx
V =
x
3,14 x (0,2770) 2 x 8,19 x 0,8
V =
x
3,14 x 0,076729 x 8,19 x 0,8
V = 0,3946 m3
4.2.4
Perhitungan Diameter, Tinggi dan Volume pohon 4
a.
Diameter
D =
=
= 31,84
cm = 0,3184 m
b.
Tinggi
T
= S {(tan α -90 0) + (tan β - 90 0)}
T
= 11 x {(tan 130 0 - 90 0) + (tan 80 0 -
90 0)}
T
= 11 x {(tan 40 0) + (tan - 10 0)}
T
= 11 x {(0,83) + (0,17)}
T
= 11 (1)
T
= 11 m
c.
Volume
V =
x
3,14 x d2 x T x fx
V =
x
3,14 x (0,3184) 2 x 11 x 0,8
V =
x
3,14 x 0,101379 x 11 x 0,8
V = 0,7003 m3
4.2.5
Perhitungan Diameter, Tinggi dan Volume pohon 5
a.
Diameter
D =
=
= 28,40
cm = 0,2840 m
b.
Tinggi
T
= S {(tan α -90 0) + (tan β - 90 0)}
T
= 12,5 x {(tan 135 0 - 90 0) + (tan 80 0 -
90 0)}
T
= 12,5 x {(tan 45 0) + (tan - 10 0)}
T
= 12,5 x {(1) + (0,17)}
T
= 12,5 (1,17)
T
= 14,62 m
c.
Volume
V =
x
3,14 x d2 x T x fx
V =
x
3,14 x (0, 2840) 2 x 14,62 x 0,8
V =
x
3,14 x 0,080656 x 14,62 x 0,8
V = 0,7405 m3
4.2.6
Perhitungan Diameter, Tinggi dan Volume pohon 6
a.
Diameter
D =
=
=
21,65 cm = 0,2165 m
b.
Tinggi
T
= S {(tan α -90 0) + (tan β - 90 0)}
T
= 10 x {(tan 135 0 - 90 0) + (tan 85 0 -
90 0)}
T
= 10 x {(tan 45 0) + (tan - 5 0)}
T
= 10 x {(1) + (0,08)}
T
= 10 (1,08)
T
= 10,8 m
c.
Volume
V =
x
3,14 x d2 x T x fx
V =
x
3,14 x (0,2165) 2 x 10,8 x
0,8
V =
x
3,14 x 0,046872 x 10,8 x 0,8
V = 0,3179 m3
4.2.7
Perhitungan Diameter, Tinggi dan Volume pohon 7
a.
Diameter
D =
=
=
25 cm = 0,25 m
b.
Tinggi
T
= S {(tan α -90 0) + (tan β - 90 0)}
T
= 11 x {(tan 135 0 - 90 0) + (tan 85 0 -
90 0)}
T
= 11 x {(tan 45 0) + (tan - 5 0)}
T
= 11 x {(1) + (0,08)}
T
= 1 (1,08)
T
= 11,88 m
c.
Volume
V =
x
3,14 x d2 x T x fx
V =
x
3,14 x (0,25) 2 x 11,88 x
0,8
V =
x
3,14 x 0,0625 x 11,88 x 0,8
V = 0,4663 m3
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari Praktek yang dilakukan
diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
No
|
Pohon
|
Diameter (m)
|
Tinggi total
(m)
|
Volume (m3)
|
1
|
I
|
0,2675
|
10
|
0,4494
|
2
|
II
|
0,2579
|
11,83
|
0,4941
|
3
|
III
|
0,2770
|
8,19
|
0,3946
|
4
|
IV
|
0,3184
|
11
|
0,7003
|
5
|
V
|
0,2840
|
14,62
|
0,7405
|
6
|
VI
|
0,2165
|
10,8
|
0,8179
|
7
|
VII
|
0,25
|
11,88
|
0,4663
|
Dari tabel diatas dapat disimpulkan
bahwa pohon yang memiliki Diameter terbesar yaitu pohon ke 4 dengan diameter 0,3184 , sedangkan
pohon tertinggi yaitu pohon ke 5 dengan tinggi 14,62 dan pohon yang memiliki
volume terbesar yaitu pohon ke 6 dengan volume 0,8179.
5.2 Saran
Sebaiknya dalam melakukan praktikum agar
menyediakan fasilitas yang lebih baik lagi dan menyediakan alat praktikum yang
lebih canggih.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1998. Buku Panduan
Kehutanan Indonesia. Dephut R.I. Jakarta.
Husch, B. 1987. Perencanaan
Inventarisasi Hutan. UI Press. Jakarta.
Simon,
H. 1987. Manual Inventore
Hutan. Ui Press. Jakarta.
Simon, H. 2007. Metode Inventore Hutan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta
Lauridsen, E.B. 1986.
Seed leaflet No 6. June 1986.
Gmelina arborea, Linn. Danida Forest Seed Centre- Humlebaek, Denmark
Komentar
Posting Komentar